tungkumenyala.com – Cita-citaku tak pernah berhenti dari dulu sampai kini, atau bertahun-tahun bekerja sebagai pekerja rumah tangga atau PRT. Saya ingin melanjutkan pendidikan hingga universitas atau kuliah. Dan, ajaibnya cita-cita itu bisa kesampaian berkat kegiatan organisasi saya di Jaringan Nasional Advokasi PRT atau JALA PRT.
Semua ini berawal pada 10 Mei 2022 lalu, dengan dukungan mbak Lita Anggraeni Koordinator Jala PRT, saya memberanikan diri mendaftar sebagai mahasiswa Universitas Insan Cita Indonesia (UICI) angkatan 2022. Barangkali ada yang bertanya-tanya apa itu UICI?
UICI adalah kepanjangan dari Universitas Insan Cita Indonesia. ‘Kampus’ dan rektorat UICI beralamat di Menara Binakarsa Jl. H. R. Rasuna Said Kav. C-18, Setia Budi, Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12940. UICI didirikan oleh Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) pada 30 Desember 2020. UICI merupakan universitas online atau digital pertama di Indonesia.
UICI menciptakan platform pendidikan baru yang bersifat fully digitalized atau sepenuhnya digital dengan menggunakan sistem Artificial Intelligence Digital Simulator Teaching Learning System (AI DSTLS). Sistem ini memungkinkan mahasiswa UICI untuk dapat kuliah di mana saja dan kapan saja. Jadi intinya bersama UICI, kita mengikuti perkuliahan secara online kapanpun dan di manapun kita berada. Dan, sejak September lalu hingga saat ini saya sudah menjalani prosesnya. Dan, bisa dikatakan, hasilnya membuat saya senang.
Mendaftar dan Mengikuti Training
Proses pendaftaran saya jalani sejak Mei 2022 lalu. Saya antara lain harus melengkapi data-data yang dibutuhkan, dan mengikuti seleksi masuk untuk menjadi calon mahasiswa baru di kampus tersebut. Meski banyak proses yang harus dilalui untuk dapat diterima di UICI, antara lain dengan mengerjakan lebih dari 200 soal pilihan ganda, alhamdulillah saya bisa menjalaninya dengan baik dan akhirnya saya dinyatakan lolos.
Akhirnya saya benar benar menjadi mahasiswa sesungguhnya di UICI. Penerimaan ini ditandai dengan keluarnya E-Sertifikat yang menyatakan lulus dalam mengikuti program IT Literasi Training.
Saya masuk di Universitas UICI di Batch 3 melalui jalur reguler. Setelah dinyatakan lolos lalu saya dimasukkan dalam group whatsapp (WA). Di sinilah saya mulai berproses, dan belajar sedikit demi sedikit pengetahuan dan tambahan ilmu di luar ilmu yang saya dapatkan selama ini di bangku sekolah.
Jujur, awalnya saya minder. Saya bingung dan selalu bertanya-tanya dalam hati, apakah saya layak dan apakah saya akan mampu mengikuti proses training nantinya. Pikiran ini muncul, mengingat latar belakang pendidikan saya yang hanya tamatan sekolah paket C, serta usia saya yang sudah tidak muda.
Saya khawatir apakah saya akan bisa beradaptasi dan bisa punya teman yang tidak melihat latar belakang pekerjaan saya. Karena harus diakui di mata masyarakat, pekerjaan PRT masih dilihat sebelah mata dan dipandang rendah dan berbeda dengan pekerja lain. Pemikiran seperti itu sempat ada, tapi saya tepis.
Kembali ke kegiatan perkuliahan, dalam rangka pemerataan pemahaman teknologi, kami para mahasiswa baru wajib mengikuti Diklat IT Literasi dan Digital Competency Training. Selama training ini kami diberi beberapa tugas yang harus dikerjakan yakni, register card Name (DCN), mengisi survei IT Assessment, mengikuti training IT Literasi sebanyak 9 materi. Kami juga wajib mengikuti Digital Talent Assessment dan mengikuti Digital Competency Training. Dari 5 modul tersebut tugas kita melihat video-video tutorial, isi absen dan setelah itu harus mengerjakan tugas- tugasnya.
Untuk tugas pertama, bisa saya kerjakan dengan mudah berkat pengalaman saya yang sering membuat poster di JALA PRT. Setelah mengikuti video tutorial cara membuat kartu nama, maka saya membuatnya dengan aplikasi di ponsel saya begitu juga poster. Lantas poster itu saya sebar ke media sosial, karena memang seperti itu tugasnya. Kami juga diwajibkan untuk mengerjakan soal pilihan ganda sebanyak 200 lebih dan ini bisa saya lalui dengan mudah juga.
Tugas selanjutnya adalah membuat animasi 2D dan animasi 3D. Di sini saya mulai berpikir keras, bagaimana dan dengan apa saya mengerjakan tugas ini. Saat mengerjakan tugas membuat animasi 2D, saya masih tenang karena saya biasa menggunakan canva saat membuat poster kampanye untuk JALA PRT. Hasilnya, saya sukses mengerjakan tugas ini. Namun, saat membuat animasi 3D, proses pengerjaannya sedikit rumit karena harus menggunakan laptop. Dan, untuk menunjang tugas ini dibutuhkan laptop dengan spek i5 core dan RAM 8 GB. Untungnya spesifikasi laptop yang disediakan JALA PRT guna kelengkapan kuliah saya ini sesuai.
Masalah muncul saat mengerjakan tugas pembuatan Web. Di mana awalnya saya tidak paham dan mengerti bagaimana membuat web dengan hosting dan domain. Istilah-istilah itu masih asing bagi saya. Di sini saya benar-benar hampir menyerah. Saya merasa tidak mampu kuliah di UICI dan ingin menyerah karena bingung. Saya pikir kapasitas otak saya tidak memadai, sampai saya lelah dan merasa sakit kepala dengan hal ini. Lalu saya memberanikan diri untuk berdiskusi dengan koordinator JALA PRT, mbak Lita Anggraini yang selama ini selalu mendukung dan menyemangati saya untuk kuliah.
Saya hampir menyerah tapi untungnya mbak Lita punya solusi. Dia merekomendasikan saya untuk berguru ke pak Juni. Kepada pak Juni saya belajar komputer lengkap dengan software-software yang saya tidak mengerti.
Saya bilang saya tidak mampu dan menyerah tapi untungnya mbak Lita punya solusi. Dia merekomendasikan saya untuk berguru ke pak Juni. Kepada pak Juni saya belajar komputer lengkap dengan software-software yang saya tidak mengerti.
Alhamdulillah, setelah mendengar penjelasan Pak Juni saya jadi lebih paham. Saya lega, karena sebenarnya dengan belajar dan kemauan untuk maju semua masalah yang dihadapi akan ada jalan keluarnya. Semua ini karena Mbak lita yang tidak henti- hentinya menyemangati saya. Berkat dukungan mbak Lita, akhirnya 85 persen tugas – tugas kuliah bisa saya kerjakan. Sedangkan tugas yang belum selesai dengan berjalannya waktu tetap dikerjakan karena untuk menunjang ke depannya lagi.
Setelah ngobrol dengan teman-teman mahasiswa lainnya, ternyata bukan saya sendiri yang kurang paham dan pusing dengan tugas -tugas training ini. Banyak mahasiswa lain yang keadaannya sama pusingnya dan bingung seperti saya. Yang saya tambah bingung malah banyak beberapa kawan kirim pesan ke saya diskusi dan tukar pikiran tentang software apa atau aplikasi apa yang dipakai untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Di situlah pengalaman dan pengetahuan saya berguna.
Dengan diskusi – diskusi dan sharing di grup kampus, saya menjadi aktif merespons dan banyak teman yang saya kenal dan mau berteman dengan saya. Di sini saya tidak minder lagi. Saya pun aktif bicara di grup supaya tidak ketinggalan berita dan info terkait training. Saat ini saya hanya berpikir kapasitas otak saya harus tidak boleh rendah dan tidak boleh terlalu kosong, jadi terkadang saya memberanikan diri bertanya pada dosen langsung untuk masalah yang saya atau kawan mahasiswa lain tidak tahu. Jadi kalau ada info yang kita gak paham saya kirim pesan WA ke salah satu dosen atau mentor. Penjelasan dari mentor ini lalu saya infokan di grup Komunikasi Digital.
Grup Komunikasi Digital adalah grup WA mahasiswa prodi yang saya masuki. Prodi ini menurut saya berkaitan dengan keaktifan saya di organisasi, dan komunikasi juga alat kita untuk menyampaikan informasi kepada publik. Untuk digital saya pikir komunikasi digital suatu proses penyampaian dengan alat bantu platform, dengan software dan perangkat lainnya. Saya pun baru mendefinisikan setelah saya masuk di prodi ini.
Selama 4 hari kami menjalani masa orientasi online yang disebut Digication batch 3 yakni dari 21-24 September. Dalam Digication ini, lagi- lagi kita harus membuat video. Yaitu video perkenalan, kreasi dan bakat minat. Itupun diselesaikan dengan baik 2 hari semua video harus selesai. Karena video kreasi dan bakat minat per kelompok jadi saya dan kawan pun bisa menyelesaikan.
Setelah Digication berakhir pada 24 September 2022, saya dan kawan kawan lantas dikenalkan pada student union, yaitu kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ini sifatnya tidak wajib tapi setiap mahasiswa harus mengikuti minimal satu ekskul. Kesempatan ini tidak saya sia-siakan, saya ambil 3 student union sekaligus yaitu : multimedia club, writing club, dan ICPR (public relations).
Saya berharap kegiatan ekstrakurikuler ini akan menambah pengetahuan saya dan akan berguna di masa yang akan datang. Saya berharap jadwalnya tidak berbenturan dengan jadwal kegiatan lainnya. Saya tidak tahu kapasitas dan kemampuan saya sampai dimana, tapi saya yakin dimana ada kemauan pasti akan ada jalan. Saya tidak akan memaksakan diri, tapi saya akan berusaha sebaik yang saya mampu. Walau usia tidak muda lagi, tapi kalau memang ada jalannya semua bisa teratasi.
Dan 26 September 2022, saya resmi menjadi mahasiswa UICI. Kini, kegiatan perkuliahan sudah berjalan. Saya berdoa semoga dimudahkan dalam menjalani proses pembelajaran, sehingga saya bisa mengikuti prosesnya dengan baik dan membuahkan hasil yang optimal. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang selama ini mendukung dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang saya miliki.
Artikel ini hadir berkat KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisan. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).