Majikan harus belajar mandiri melayani dirinya sendiri saat PRT harus pulang kampung. Dengan demikian mereka akan tahu seberat apa pikulan PRT dalam melayani mereka. Miska.SPRT Sapulidi, tinggal di Hongkong menuliskannya kepada pembaca Tungkumenyala.com. (Redaksi)
Oleh: Miska
HONGKONG- Pandemic memang sangat berpengaruh untuk kehidupan semua orang termasuk salah satunya bagi para pekerja rumah tangga.
Banyak yang kehilangan pekerjaan, terkena dampak COvid-19 misal pengurangan penghasilan karna banyak yang di potong gajinya dan juga bertambahnya beban kerja karena keluarga majikan di rumah terus. Jadi kebayang bagaimana repot dan sibuk nya PRT setiap hari.
Dengan perubahan yang sangat drastis dan beban kerja yang bertambah, tanpa ada kenaikan upah, waktu istirahat pun berkurang.
Kebayang pula bagaimana repotnya para majikan jika terpaksa harus mengerjakan Semua pekerjaan rumah akibat PRT harus pulang kampung karena hal yang mendesak.
Belum lagi harus rela mengeluarkan ekstra uang ketika peraturan pemerintah mengharuskan karantina selama 21 hari di hotel yang ditunjuk oleh pemerintah. Itulah yang sedang saya alami sekarang, ketika Saya harus pulang kampung, karena kepentingan yang sangat mendesak mau tidak mau majikan mengizinkan, sesuai perjanjian lisan sebelum saya setuju dibawa majikan untuk ikut kerja di Hong Kong.
Ketika kembali ke Hong Kong harus menjalani karantina di hotel selama 21 hari. Bosen? jenuh? pastinya demikian. Tapi saya ambil hikmahnya,–dengan saya harus stay di Hotel dan majikan saya yang mengerjakan tugas-tugas saya.
Buat saya itu satu hal baik. Jadi majikan bisa tau dan merasakan bagaimana saya dari bangun sampai tidur harus ngatur waktu agar masak , belanja ,nyuci dll bisa tepat waktu. Tidak ada istilah infal kalau pekerjanya pulang.
Selama ini tahunya majikan apa-apa harus beres. Minta apa aja harus ada tanpa melihat bagaimana proses nya.
Ketika ibu bos chat basa basi nanya kabar,tapi ujung-ujungnya ngeluh capek karena harus masak, nyuci-nyuci dan lainnya.
Mereka bingung mau bikin apa buat lunch box untuk di bawa ke kantor, di situ saya mbatin,…ENAK KAAAAN NGERJAIN TUGAS SAYA? di situ saya merasa sedikit bahagia,–akhirnya majikan bisa merasakan harus bangun pagi-pagi mikir masak apa, bawa apa ke kantor dan lainnya.
Dari sini mereka dipaksa tahu seberapa pentingnya peran PRT dalam kehidupan sehari hari di rumah yang sebetulnya keberadaan nya sangat di butuhkan tapi kadang gak dianggap.
Walaupun tidak semua majikan seperti itu karena majikan saya sangat respek dan menghargai saya sebagai pekerja. Itu yang saya rasakan ketika kapanpun saya ingin pulang karna ada keperluan keluarga, mereka mengabulkan, walaupun dalam kontrak kerja tidak bisa seenaknya saja pulang kapanpun saya mau.
Saya lega banget dan terharu, karena tidak semua majikan bisa mengerti hak-hak PRT nya. Saya sangat berharap banyak majikan-majikan yang semakin mengerti akan hak dan kewajiban antara pekerja dan pemberi kerja.