tungkumenyala.com – Kehadiran Angrondewi Intan Windarti (Intan), kader muda Rampak Sarinah Jakarta menjadikan suasana Fashion Show Barisan Berkebaya yang dihelat pada Rabu (21/9/22) sore, di Gedung Pos-Bloc, Kantor Pos Pusat di Pasar Baru Jakarta terasa lebih segar.
Bukan saja di sisi usia yang masih muda yakni 23 tahun, tetapi penampilan Intan juga unik karena dia mengenakan kebaya kain lurik yang sangat sederhana dipadu dengan kain batik bermotif batik Jawa berbelah tinggi.
Intan mengenakan legging dan sepatu sport warna putih sambil melenggang menenteng “rinjing” saat di karpet merah.
Kehadiran Intan tentu membuatnya berbeda secara mencolok dibanding peserta-peserta lain yang tampil elegan, gemerlap, menggunakan make up penuh, bersanggul sempurna termasuk bersandal hak tinggi.
“Ini pengalaman baru bagi saya berjalan di cat walk di bawah bimbingan mantan model mbak Citra. Saya menjadi perwakilan rakyat cilik perempuan yang berkebaya sederhana karena kebaya memang milik semua golongan ekonomi,” kata Intan menjelaskan tentang kebaya yang dipakainya.
Acara yang diadakan oleh Pertiwi dan Kantor Pos tersebut dihadiri Watimpres Sidarto Wisnusubroto, Putri Kusuma Wardhani dan Dirut Pos, Faisal Djumadi.
Sementara itu, Putri Kusuma Wardhani anggota Watimpres menyambut gembira kehadiran Intan.
“Idenya bagus, cara berkebaya Intan bisa menjadi inspirasi para ibu untuk berolahraga sambil tetap berkebaya,” ujarnya mengapresiasi.
Para komunitas perempuan berkebaya yang hadir tersebut adalah peserta program 100 perempuan berkebaya pengawal sang saka yang diadakan di Lapangan Monas pada tanggal 17 Agustus 2022 yang lalu.
Di acara tersebut Rampak Sarinah juga menggelar spanduk dukungan bagi pengesahan RUU PPRT.
“Ini forum sosialisasi dan pendidikan publik untuk isu keadilan sosial bagi para perempuan PRT yang membutuhkan perlindungan negara,” jelas Eva Sundari, pendiri Rampak Sarinah yang hingga saat ini sudah berdiri di 9 Kabupaten/Kota se-Indonesia di tiga provinsi.
Rampak dan Institut Sarinah pendukung gerakan “Kebaya Goes to UNESCO” karena organisasi yang didirikan pada tahun 2017 tersebut menggunakan kebaya sebagai seragam organisasinya.
Dalam kegiatan organisasi di bidang pertanian, sosial, seni budaya, maupun pendidikan para anggotanya selalu mengenakan kebaya termasuk saat mengajar.