Senin, 8 Oktober 2021, adalah jadwal kami para Pekerja Rumah Tangga (PRT) mengikuti sekolah wawasan PRT. Di sekolah PRT itu, aku bercerita tentang trauma yang aku alami.
Tema sekolah kali ini adalah soal penghapusan kekerasan seksual di dunia kerja. Kita yang hadir di sekolah PRT berbagi pengalaman apa saja tentang kekerasan yang pernah kita alami. Atau mungkin ada kasus yang pernah ditangani organisasi PRT seperti Jala PRT.
Tak ketinggalan, aku pun ikut berbagi pengalaman yang pernah membuat aku mengalami trauma untuk waktu yang sangat lama. Aku mengalami rasa takut, bingung dengan berbagai macam pertanyaan. Ini ternyata menimpaku juga, yang pelakunya adalah orang yang aku kenal dekat dan harus bertemu tiap hari.
Sejak kejadian beberapa kali itu, aku jadi takut untuk bertemu. Cerita itu aku simpan sendiri, semua kusimpan rapat-rapat, tidak bisa lupa dan perasaan yang sangat tidak enak dan tidak nyaman di hati bila teringat semua kejadian itu
Walau sekarang aku sudah merasa berdamai dengan masa-masa itu, sudah tak ada lagi rasa takut dan dendam di hati, semua sudah menjadi bagian masa lalu yang mungkin harus aku lewati
Aku adalah perempuan muda yang putus sekolah dasar, hanya sampai kelas dua saja aku pernah bersekolah, karena satu dan lain hal aku harus dan terpaksa berhenti. Aku adalah anak tertua, waktu itu baru empat bersaudara; karena orang tua yang penghasilan pas-pasan, ya sudah lah aku mengalah untuk tidak melanjutkan sekolah.
Mungkin usiaku waktu itu sekitar sepuluh tahunan. Kala itu aku tinggal di kontrakan yang berhimpitan. Lalu ada anak baru datang dari kampung, dia dua bersaudara, karena usia kami sebaya, kita pun gampang akrab dan main bareng, orang sering bilang kita tuh ke mana-mana pasti berdua. Aku jadi punya sahabat setelah itu. Aku ingat dulu itu kita belum punya WC, jadi kalau mau buang air besar itu harus ke empang dan jaraknya ya lumayan dari kontrakan kita tinggal, saking deketnya kita tuh sering nongkrong di bilik empang berduaan.
Aku hampir tiap hari main ke rumah sahabatku ini, malah kadang menginap, mungkin dari situ kejadian itu terjadi. Bapak dari temanku itu suatu hari berlaku tak sewajarnya ke aku, aku awalnya mengira hanya bercanda biasa ketika ia memeluk dari belakang dan tangannya meremas-remas bagian dadaku. Aku berusaha memberontak tapi tak mampu, kejadian seperti itu mungkin berulang dua sampai tiga kali.
Lalu aku menghindari untuk bermain, apalagi kalau ada bapaknya temanku di rumah. Yang bikin aku kesal, waktu melakukan itu dia bilang nanti kalau sering diremas-remas payudaraku akan besar dan itu bagus buatku. Kejadian itu sangat membuatku ketakutan dan trauma.
Semua kejadian yang pernah aku alami semua memang sudah berlalu. Tapi sampai detik ini pun aku masih simpan sendiri, hanya dengan kawan-kawan organisasi aku berani dan berbagi cerita. Di sinilah aku akhirnya berani bercerita.