Home Suara PRT Aku Keluar Kerja karena Dilecehkan Anak Majikan

Aku Keluar Kerja karena Dilecehkan Anak Majikan
Suara PRT

by admin
Suatu siang, saat kami hanya berdua di rumah, anak majikan mengajak aku ke kamarnya. Lalu tiba-tiba ia memelukku dari belakang. Dia tidak berbuat lebih, tapi itu meninggalkan trauma berkepanjangan untukku.

Senin, 8 Oktober 2021, kami para pekerja rumah tangga dari Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT) Sapulidi dan SPRT/operata dan jaringan melakukan sekolah wawasan PRT online dan offline, di kantor Jala PRT yang baru yang terletak di Jalan Bhayangkara nomor 8 Fatmawati Jakarta Selatan.

Sekolah wawasan ini diselenggarakan rutin oleh Jala PRT sebagai wadah kami para PRT belajar tentang hak PRT dan kerja layak. Kegiatan siang itu kebetulan akan diliput sebuah setasiun TV swasta yang ingin menggali lebih dalam tentang kegiatan PRT.

Karena tema sekolah wawasan kali ini dengan tema penghapusan kekerasan seksual di dunia kerja, kami yang hadir berbagi pengalaman kekerasan seksual yang pernah kami alami serta kasus-kasus yang pernah ditangani Jala PRT.

Tak ketinggalan aku pun ikut berbagi pengalaman yang sangat pernah membuat aku mengalami trauma untuk waktu yang cukup lama. Ada rasa takut, bingung bermacam pertanyaan, orang yang aku kenal dekat dan harus bertemu tiap hari, tapi takut untuk bertemu.

Tapi selama ini semua perasaan itu aku simpan sendiri rapat-rapat. Walau sekarang aku sudah merasa berdamai dengan masa-masa itu, sudah tak ada lagi rasa takut dan dendam di hati, semua sudah menjadi bagian masa lalu yang mungkin harus aku lewati.

Namun, aku tidak bisa lupa dan selalu muncul perasaan yang sangat tidak nyaman di hati bila teringat semua kejadian itu.

Baiklah aku ceritakan kisahku. Saat itu aku adalah gadis muda yang tak lulus sekolah dasar (SD). Aku hanya sempat mengenyam bangku sekolah hingga kelas 2 SD. Karena satu dan lain hal aku tidak bisa melanjutkan pendidikan meski itu hanya sampai lulus SD.

Aku adalah anak tertua dari empat bersaudara. Karena penghasilan orang tua pas-pasan, aku akhirnya terpaksa mengalah untuk tidak melanjutkan sekolah. Pendidikan lebih diutamakan untuk adik-adikku yang lain.

Mungkin usiaku waktu itu sekitar sepuluh tahunan. Kami tinggal di rumah kontrakan yang berhimpitan di kawasan padat penduduk. Ada anak baru datang dari kampung, dia dua bersaudara.

Karena usia kami sebaya, maka kami gampang akrab dan sering bermain bersama. Orang sering bilang kita tuh ke mana-mana pasti berdua. Aku hampir tiap hari main ke rumah dia malah kadang menginap.

Dari situ kejadian pelecehan menimpa diriku. Satu hari, bapak temanku itu berlaku tak sewajarnya kepada diriku. Awalnya aku mengira dia hanya bercanda, biasa memeluk dari belakang dan tangannya sambil meremas-remas dadaku. Aku yang shock berusaha memberontak tapi tak mampu. Kejadian seperti itu mungkin berulang dua sampai tiga kali, lalu aku menghindari untuk bermain apa lagi kalau bapak temanku itu berada di rumah.

Yang membuat aku kesal, saat melakukan hal tak senonoh itu dia juga mengatakan hal yang tak mengenakkan. Sampai aku berucap “Ya Allah, jangan sampai nanti aku gede tetekku besar, nanti dikira hasil dari perbuatannya lagi.”

Dilecehkan anak majikan

Kejadian tak menyenangkan juga pernah aku alami saat awal bekerja menjadi PRT. Saat itu, umurku sekitar 17 tahunan dan hampir 2 tahun bekerja sebagai PRT. Kali ini pelakunya adalah anak laki-laki dari majikan yang saat itu sudah SMA.

Entah bagaimana pada awalnya, karena bisa dibilang kita sudah cukup dekat dan sering bercanda, terutama dengan adiknya yang sedikit agak konyol. Tapi kalau kakaknya agak pendiam.

Suatu hari waktu kita di rumah hanya berdua saja. Tiba-tiba dia memanggilku untuk masuk ke kamarnya. Karena tidak punya perasaan apa-apa dan sudah biasa maka saya memenuhi panggilannya. Tapi tiba-tiba dia memeluk aku dan mengajak ke tempat tidur.

Dia tidak berbuat lebih dari memeluk. Dia juga bilang bahwa dia hanya mau memeluk dan memintaku untuk tidak menolak kalau aku mau dia nggak berbuat lebih. Saya yang kaget dan takut hanya bisa diam. Dan, memang benar dia hanya memeluk dari belakang sambil berbaring di tempat tidur.

Perasaanku sudah pasti campur aduk, antara bingung mau cerita tapi takut. Padahal saat itu kami hanya berdua di rumah. Kejadian ini membuat aku merasa was-was kalau aku hanya berdua saja di rumah majikanku. Khawatir terjadi hal-hal yang tak diinginkan, akhirnya aku pun pamit minta keluar kerja sama majikan. Tapi aku tidak pernah menceritakan perilaku putranya

Kejadian yang pernah aku alami ini memang sudah lama berlalu. Sampai detik ini pun aku masih simpan sendiri, hanya kepada  kawan-kawan sesama PRT aku berani berbagi cerita.

Belakangan ketika bergabung dengan SPRT, aku baru tahu kalau apa yang aku alami itu adalah pelecehan seksual yang masuk kategori kekerasan seksual. Kejadian seperti ini juga sering dialami para PRT. Setelah mengikuti sekolah wawasan, kini kami tahu apa yang harus kami lakukan dan kemana kami harus mengadu jika hal seperti itu menimpa kami. Terima kasih SPRT Sapulidi.

Artikel ini sudah ditayangkan di Konde.co dalam  KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan, program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisan.

Related Articles

Leave a Comment