Jakarta – Setelah dua tahun berturut-turut kita menjalankan ibadah puasa Ramadan dalam suasana pandemi, tahun ini kita jelang dalam kondisi ‘new normal’. Artinya artinya ibadah puasa kali ini bakal sesemarak masa-masa sebelum pandemi, dengan minim pembatasan sosial meski harus tetap memperhatikan kesehatan.
Ada hal penting yang harus diperhatikan saat ibadah puasa ini yakni rentan mengalami peningkatan kolesterol akibat konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh dan gula berlebih saat berbuka. Kadar kolesterol tinggi, pada gilirannyabisa memicu berbagai penyakit seperti jantung koroner, stroke, hingga penyumbatan pembuluh darah.
Untuk mencegahnya, dibutuhkan pola hidup sehat. Rajin bergerak/berolah raga serta rajin mengonsumsi sayur dan buah-buahan yang kaya senyawa alami yang bisa menurunkan kadar kolesterol buruk, seperti plant stanol.
Dokter Sheena R. Angelia, dokter spesialis gizi klinis di RS Siloam Kebon Jeruk mengatakan, saat puasa orang suka lengah menjaga asupan nutrisi berkualitas dan mudah khilaf ketika tersaji makanan enak saat berbuka di bulan puasa. Padahal saat berpuasa, banyak orang cenderung mengurangi aktivitas fisik karena khawatir membatalkan ibadah puasa.
“Jika dikombinasikan dengan pola diet kurang sehat, gaya hidup ini dapat berisiko. Tanpa disadari, kita suka berbuka puasa dengan makanan berkolesterol tinggi, seperti daging berlemak, jeroan, junk food, atau makanan tinggi lemak jenuh lainnya, seperti makanan/minuman bersantan, gorengan, sebagai reward setelah berpuasa selama belasan jam. Alhasil, kadar kolesterol jahat dalam tubuh pun meningkat,” ujarnya.
Kondisi ini bisa memicu hiperkolesterolemia atau kadar kolesterol tinggi. Dan kolesterol tinggi diakui menjadi ancaman kesehatan masyarakat di seluruh dunia, khususnya negara-negara Asia. Kolesterol disebut sebagai penyebab 3,9 juta kasus kematian di seluruh dunia yang setengahnya terjadi hanya di Asia.
Sebuah riset di China menunjukkan terjadi peningkatan penderita kolesterol di negara-negara Asia, termasuk Indonesia akibat pola diet yang banyak mengonsumsi makanan olahan dengan kandungan lemak jenuh tinggi, seperti makanan atau camilan yang digoreng, atau banyak santan, seperti rendang daging, jeroan, atau gulai dengan kuah santan yang kental dan masih banyak lagi.
Berdasarkan riset yang terbit di jurnal Nature, 102,6 juta orang dewasa dari 200 negara berbeda sejak 1980-2018 Memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Dari 200 negara yang diuji, di akhir penelitian, Indonesia berada di peringkat 37 dalam hal jumlah penduduk dengan penderita kolesterol tertinggi.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan 2018, juga menunjukan bahwa 6,3% penduduk berusia 15-34 tahun memiliki kolesterol tinggi. Angka ini diduga meningkat selama pandemi Covid-19 sebagai akibat meningkatnya sedentary lifestyle.
Kolesterol dalam kadar tertentu diperlukan tubuh untuk memproduksi hormon, vitamin D, dan komponen lain yang digunakan untuk mencerna makanan. Namun, jika jumlah kolesterol dalam tubuh terlalu banyak atau tidak ada keseimbangan antara LDL dan HDL, justru berdampak buruk dan memicu berbagai penyakit seperti penyumbatan pembuluh darah, penyakit jantung, dan hipertensi.
Di tahap awal, tidak ada gejala khusus saat kadar kolesterol di tubuh kita meningkat, namun jika kadar kolesterol sudah lebih dari 200 mg/dL, biasanya muncul berbagai gejala tidak nyaman seperti sering sakit kepala, tengkuk hingga bahu terasa pegal dan kaku, nyeri pada persendian, munculnya benjolan pada tendon persendian (Xanthoma), dan gumpalan-gumpalan seperti jerawat di bawah kelopak mata (Xanthelasma),” papar Sheena.
Banyak cara dapat dilakukan untuk menjaga kadar kolesterol, mulai dari pola makan gizi seimbang (karbohidrat kompleks, protein, lemak baik, dan tinggi serat), mengurangi konsumsi makanan dengan kandungan lemak jenuh yang berpotensi meningkatkan kadar kolesterol, serta meningkatkan aktivitas fisik serta berolahraga selama 15-30 menit, sebanyak 3-5 kali seminggu secara rutin. Tidak merokok dan mengelola stress menjani nlai plus.
Selain gaya hidup sehat, Reena juga menyarankan konsumsi plant stanol ester sebanyak 2-3 gram plant stanol setiap hari. Stanol dan sterol adalah serat pangan yang terdapat dalam tumbuhan, dan berfungsi untuk menstabilkan membran, dan sebagai pembentuk zat-zat kimia pada tumbuhan.
Sayangnya, untuk mendapatkan 2-3 gram plant stanol setiap hari tidaklah mudah. Sebagai gambaran, ketika mengonsumsi 161 gram kacang almond atau 120 gram kacang mete kita hanya mendapatkan 100 miligram plant stanol. Beberapa jenis sayur dan buah bahkan mengandung lebih sedikit plant stanol. Sehingga saat puasa, disarankan juga banyak mengonsumsi buah dan sayur mayur untuk mengimbangi makanan buka yang kurang sehat.