JAKARTA- Lembaga kesehatan federal Amerika Serikat akhirnya menghentikan sementara penggunaan vaksin Covid-19 produksi Johnson & Johnson setelah menemukan efek samping penggumpalan darah.
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, pihak berwenang AS mengambil keputusan ini setelah menerima laporan pembekuan darah terhadap enam perempuan berusia 18-48 tahun setelah menerima suntikan vaksin Johnson & Johnson.
Seorang perempuan bahkan dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami pembekuan darah dan satu wanita lainnya dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Keenam perempuan tersebut dikabarkan mengalami efek samping itu setelah enam sampai 16 hari melakukan vaksinasi.
Sejauh ini, para ahli khawatir respons sistem kekebalan tubuh yang dipicu vaksin menjadi penyebab pembekuan darah.
FDA menangguhkan penggunaan vaksin ini atas rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
“Hari ini, FDA dan CDC mengeluarkan pernyataan terkait vaksin Johnson & Johnson. Kami merekomendasikan penundaan penggunaan vaksin ini karena begitu banyak peringatan,” demikian pernyataan FDA melalui Twitter.
Dengan keputusan itu, pemerintah federal AS akan menyetop distribusi dan penggunaan vaksin Johnson & Johnson itu ke tempat vaksinasi di seluruh penjuru Negeri Paman Sam. Setidaknya hampir tujuh juta warga AS telah menerima vaksin Johnson & Johnson sejauh ini.
Sebanyak sembilan juta dosis vaksin tersebut juga telah didistribusikan ke luar Amerika. Sementara itu, sejauh ini AS juga menggunakan vaksin dari dua perusahaan lain, yakni Pfizer-BioNTech dan Moderna. (Jumiyem)