Home Sosial & Budaya Tidak Ada Uang, Penjual Sayuran Pun Jadi

Tidak Ada Uang, Penjual Sayuran Pun Jadi

by admin

YOGYAKARTA- Keterbatasan ekonomi yang kita miliki, bukan halangan untuk bisa membantu orang lain yang lebih mengalami kesulitan. Seperti yang dilakukan oleh Hartini (49 tahun)   seorang Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Yogyakarta yang mengajak penjual sayuran untuk membantu tetangga agar bisa masak sayur lagi.

Hartini asal Soragan, Bantul, Yogyakarta ini biasa bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) bagian merawat lansia (Pramurukti) di wilayah lain dan menginap di rumah majikannya. Tapi hampir satu tahun ini Hartini libur dan tinggal di kampungnya. Untuk mengisi waktu, ia berjualan peyek dan aktif di kegiatan Organisasi Pekerja Rumah Tangga (Operata) di  Demakan, Yogyakarta.

Berada di kampung lebih lama bisa membuatnya bersosialisasi dengan tetangga. Sering main dan ngobrol dengan tetangga. Sampai suatu ketika Hartini bertemu dengan keluarga yang mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan pangan.

Awalnya keluarga pasangan suami istri itu bekerja. Namun karena suami (47 tahun) dua tahun yang lalu jatuh sakit menyebabkan sampai sekarang tidak bekerja lagi. Sedangkan si istri (42 tahun) awalnya juga jual bubur, sayur dan lauk. Namun lagi-lagi naas menghampirinya. Pada 5 bulan yang lalu Istrinya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kakinya retak dan harus diamputasi. Sehingga jualan bubur, sayur  dan lauk pauk dihentikan. Hal ini sangat berpengaruh pada pendapatan keluarga ini.

Diceritakan kepada tungkumenyala.com,–kondisi keluarga tersebut hanya mengandalkan anaknya yang sudah bekerja di sebuah toko di Yogyakarta. Tapi penghasilannya hanya cukup untuk membayar utang orangtuanya.

Sedangkan anaknya yang kedua masih usia balita. Pada situasi pandemi  Corona saat ini mau cari kerja sangat sulit. Mau jualan bubur, sayur dan lauk tidak ada modal. Untuk bisa tetap bertahan, maka keluarga ini setiap hari kalau makan pakai nasi dengan sambal cabe mentah. Kadang nasi dan kecap saja.

“Bagaimana bisa membantu keluarga ini?” tanya Hartini pada diri sendiri.

Suatu hari secara tidak sengaja ia bertemu  teman yang rumahnya di Demakan Yogyakarta. Temannya itu setiap hari dari jam 05:30-09.00 jualan sayuran. Maka munculah ide mengajak berbagi pada keluarga tadi.

Apakah Hartini langsung menodong agar temannya itu mau membantu? Tentu saja tidak.  Tapi yang dilakukan pertama adalah bertanya, apabila ada sayuran yang tidak habis terjual biasanya dibuat apa? Ternyata sayuran yang sudah tidak habis terjual dibuang, dibuat makan ayam atau diberikan ke orang lain.

Dengan penuh kehati-hatian Hartini bertanya sekaligus meminta, bagaimana kalau sayuran itu diberikan ke dirinya untuk dibagikan kepada salah satu tetangga. Kemudian Hartini menceritakan kondisi tetangganya itu. Dan dari percakapan itu akhirnya si penjual sayuran dengan senang hati akan memberikan sayuran setiap hari bersama bumbunya.

Jadi, setiap sejak Januari 2020 sampai saat ini dimasa wabah Corona, Hartini mengambil dan mengantar sayuran,– terus dilakukan setiap hari.

Tidak hanya berhenti di penjual sayuran, Hartini juga menyampaikan kondisi ini ke Kepala Dusunnya agar keluarga itu bisa dimasukkan jadi peserta penerima bantuan sosial. Kadusnya pun menyetujui.

“Semoga saja  bisa membantu mengurangi kesulitan keluarga itu,” katanya pada Tungkumenyala.com.

Apa yang dilakukan Hartini belum tentu mau dilakukan orang lain. Tapi, ditengah kesulitannya, upaya Hartini membantu orang lain yang lebih susah,–membuktikan, tidak sulit untuk saling membantu, asal masih ada hati, akalpun terbuka. (Sargini)

Related Articles

Leave a Comment