Data base terutama tentang data diri belakangan ini memegang peran penting dalam kehidupan sehari-hari, apalagi jika kita tergabung dalam sebuah komunitas atau organisasi. Pendataan bisa memudahkan anggota untuk melakukan koordinasi, pemberian bantuan dan tindak penyelamatan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Dengan tujuan itulah, maka Jaringan Advokasi Nasional Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT) melakukan pendataan anggotanya yang dilakukan pada 14 November 2021 lalu.
Puluhan pekerja rumah tangga (PRT) yang menjadi anggota mengisi informasi diri secara daring melalui zoom meeting yang dibina langsung oleh pengurus JALA PRT, Ari Ujianto.
Dalam kesempatan tersebut, Ari membimbing para pekerja rumah tangga untuk mengisi pendataan anggota melalui Google form.
Data yang dikumpulkan mulai dari kontak pribadi hingga sosial media yang digunakan selama ini. Hal ini diharapkan mampu membantu organisasi untuk meminimalisir penyalah-gunaan nama lembaga, dan mempermudah identifikasi jumlah anggota.
Proses pendataan ini juga mengajak para pekerja jadi melek teknologi. Para PRT diharapkan mampu untuk memberikan informasi secara akurat dan mandiri. Pendataan ini adalah rangkaian dari upaya untuk membuat pekerja rumah tangga jadi berdikari.
Pendataan anggota nantinya akan digunakan untuk kegiatan sekolah PRT. Selain itu, pendataan ini juga diharapkan bisa jadi bahan tolak ukur pemenuhan hak pekerja rumah tangga.
“Email harus diisi dengan email pribadi ya, nanti kalau masih belum punya dikosongi dulu, nanti pada pertemuan berikutnya kita akan buat kelas membuat email tersendiri aja,” ujar Lita Anggraini, koordinator JALA PRT yang menjadi salah satu mentor pada pertemuan itu.
Meski masih ada yang kebingungan, para pekerja nampak sangat bersemangat untuk melakukan pendataan.
“Nanti diisi aja, bagi yang sudah mempunyai BPJS ada pilihannya ini dibayar sendiri atau oleh majikan ya, kalau
belum ada pilihannya di atas,” ungkap Ari menerangkan.
Hingga kini, pemenuhan hak pekerja rumah tangga memang sering diabaikan. Dalam praktik di lapangan, banyak
PRT yang diupah jauh di bawah standar. Padahal banyak dari mereka yang mengalami eksploitasi, atau harus bekerja ekstra keras dalam jam kerja yang sangat panjang hingga belasan jam sehari.
Pendataan awal sekolah PRT ini, para pekerja rumah tangga juga diberi kesempatan untuk mengutarakan apa saja permasalahan yang dihadapi selama bekarja. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh mereka, karena didengar merupakan opsi yang jarang dijumpai oleh para pekerja.
Dalam kesempatan itu, banyak yang berharap, sekolah PRT ini agar bisa memberi dampak positif bagi perbaikan nasib mereka ke depan. (*)