JEMBER- Lima tahun menjadi Bupati Jember,– bagi dr. Faida adalah sepenuhnya melayani rakyatnya, sampai ke yang paling tehnis sekalipun. Bukan untuk pencitraan atau maksud yang lain, tapi buatnya menjadi pejabat, apalagi menjadi bupati adalah menjadi pelayan bagi rakyatnya baik di Jember ataupun diluar Jember. Ini penting bagi para calon pemimpin kepala daerah yang sedang berlaga dalam Pilkada 2020 ini. Demikian pengakuan Bambang Teguh Karyanto dari Project Officer Migrant Care Jember kepada Tungkumenyala.net, di Jember, Rabu (12/11).
“Coba cek, apakah ada, kepala daerah yang mau mengurus kepulangan jenasah TKI asal daerahnya, seperti dr. Faida? Apa itu pencitraan, kan dia sudah jadi bupati? Untuk apa? Apa ada orang lain yang mau seperti itu?” ujarnya.
Bambang ingat saat Faida datang ke sebuah rumah sakit di Kuala Lumpur, mengurus jenasah, membayar biaya rumah sakit sampai penerbangan dan tiba di rumah keluarga di Jember.
Bupati Jember dr. Hj. Faida, MMR. tidak bisa tinggal diam ketika warganya yang miskin mendapatkan musibah di luar negeri. Ya, warganya yang menjadi TKI.
Tanpa menunggu pagi tiba, perempuan ini berangkat ke Surabaya, ke Bandara Juanda untuk terbang ke Malaysia. Ia berangkat pukul 21.30 dari Pendapa Wahyawibawagraha, Senin (11/6/2018).
“Saya mohon doa dan keselamatan supaya saya dalam mengurus pemulangan jenazah warga Jember yang meninggal di Malaysia ini diberi kelancaran dan bisa lebaran di Jember,” tutur Bupati.
Warganya itu bernama Amintyas Wahyudi. Warga Dusun Sumuran, Desa Klompangan, Kecamatan Ajung ini tidak tercatat sebagai TKI resmi. Setelah mendapat perawatan akibat infeksi otak, pria 30 tahun ini meninggal di salah satu rumah sakit di Kuala Lumpur, Malaysia.
Ketiadaan biaya membuat jenazahnya tertahan. Lebih dari dua minggu. Biaya yang dipatok pihak rumah sakit sebesar 14.000 RM. Dalam rupiah sebesar Rp. 56,5 juta.
“Memang biayanya harus dibayar lunas,” terang bupati sesampai di Kuala Lumpur.
Biaya itu ditanggung Pemerintah Kabupaten Jember. Jenazah Amintyas Wahyudi pun bisa dipulangkan ke Tanah Air. Pemakaman di keluarga almarhum yang tinggal di Lingkungan Panili, Kelurahan Jember Kidul, Kecamatan Kaliwates.
Camat Ajung Slamet Wijoko mendapat perintah dari Bupati untuk menyiapkan armada penjemput. Satu kendaraan rombongan penjemput, dan satu unit ambulans.
“Kami terus menerus memberi pemahaman kepada keluarga. Kami minta jangan khawatir, Insyallah, Pemkab Jember akan mengurus segala sesuatunya,” kata Slamet Wijoko kepada wartawan.
Dalam status facebooknya, Bupati menegaskan pemerintah harus hadir untuk melindungi tenaga kerja Indonesia (TKI). Namun, bagi dokter yang juga aktifis ini, faktor utamanya adalah kemanusiaan.
“Urusan kemanusiaan harus secepatnya diselesaikan,” ujarnya.
Sebelum menangani sendiri pemulangan jenazah, Bupati menyebut telah mentransfer uang untuk melunasi biaya rumah sakit.
“Ternyata mekanisme transfer uang pembiayaan pengobatan selama berada di rumah sakit Kuala Lumpur tempat pasien berobat hingga pemulangan jenazahnya, belum bisa menyelesaikan persoalan,” tulisnya di facebook.
“Untuk itu pemerintah harus hadir untuk mengetahui duduk persoalan sebenarnya agar perlindungan TKI asal Jember benar-benar dirasakan,” masih di facebooknya.
Kepada masyarakat Jember, Bupati meminta peristiwa ini untuk menjadi pelajaran penting. “Dan, kami mengimbau kepada warga Jember yang menjadi TKI untuk segera mendaftarkan diri ke Disnaker. Hal ini agar bisa dicatat dan terurus segala kelengkapannya, karena musibah datang tidak ada yang bisa menolak,” pesannya.
Sikap Bupati Faida turun langsung menjemput TKI asal Jember ke Malaysia, mendapat apresiasi Migrant Care. Mereka bangga karena negara hadir di tengah persoalan buruh migran.
Bambang Teguh Karyanto, mengaku lega perjuangannya bisa disambut baik keseriusan Bupati Faida.
“Kami mengapresiasi setinggi-tingginya sikap Bupati Faida,” katanya.
Migrant Care mengawal kepulangan TKI asal Ajung tersebut. Segala relasi sudah dilobi maksimal. Namun bangganya, Bupati Faida merespon dengan baik.
“Karena situasi masih terbelit urusan administrasi dan sebagainya, kami pun komunikasi dengan bupati dan jajaran,” tuturnya.
Selain itu, Migrant Care meminta harus ada pembelajaran bahwa soal pekerja TKI bukan soal legal dan Ilegal.
“Bupati tidak memandang itu, saya kira itu prestasi yang penting,” pujinya.
Menurut Bambang, ini satu momentum ke depan pemerintah sesuai amanah UU Nomor 18 Tahun 2017, tentang perlindungan pekerja migran Indonesia, pemerintah daerah bahkan pemerintah desa pun diberi wewenang.
“Ini policy yang menjadi amanah. Tidak ada kesan saling menyalahkan, tapi saling memperkuat,” paparnya.
Bambang mengatakan yang dibutuhkan rakyat adalah pemimpin yang sadar dirinya adalah pelayan rakyat dan bisa memberikan jalan keluar cepat terhadap setiap masalah rakyat.
“Jadi kalau ada yang mau tepuk dada untuk dipilih rakyat, cobalah berkaca, apa yang sudah diberikannya pada rakyat. Bisa gak lu jadi Faida?,” tegas Bambang.
Memerangi Kemiskinan
Menurut Bambang, Jumlah TKI diluar negeri masih sangat besar, apalagi jika dihitung dengan yang tidak resmi. Mereka terpaksa bekerja karena faktor ekonomi dan kesulitan pekerjaan.
Sejak menjadi Bupati Jember, dr. Faida pada tahun 2016, berupaya untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya. Hal ini juga berbarengan dengan penurunan angka kemiskinan di Jember.
Data BPS Kabupaten Jember menunjukkan secara absolut, jumlah pengangguran dalam 4 tahun terakhir di Kabupaten Jember tertinggi pada tahun 2017 sebanyak 66.112 orang. Pada tahun 2019 turun menjadi 44.278 orang atau berkurang 17.834 orang. Dari data tersebut, tingkat pengangguran di Kabupaten Jember pada tahun 2019 melebihi target RPJMD. Target penurunan 4,29%, ternyata turun sampai 3,8%.
Angka kemiskinan di Kabupaten Jember sejak Bupati Faida memimpin tahun 2016 terus mengalami penurunan. Bahkan menurut Data LKPJ Tahun 2019, angka Kemiskinan di Jember turun sampai dengan 9.25% melampaui target penurunan kemiskinan tahun 2019 sebesar 10.38%.
Penurunan angka kemiskinan yang fantastis inilah yang membuat apresiasi masyarakat Jember sangat tinggi kepada Bupati Jember. Tidak heran jika mayoritas masyarakat masing menginginkan kembali Bupati Faida untuk menjabat kembali sebagai Bupati Periode kedua agar penuntasan kemiskinan di Jember semakin besar.
“Saya percaya sama Bu Faida dan menginginkannya kembali menjabat, hanya Faida yang ngurusi orang-orang tidak mampu dan orang sakit” kata Susi, mahasiswa perguruan tinggi di Jember, Jumat (6/11) lalu. (Caroline)