JAKARTA– Salat Id merupakan ibadah yang dilakukan setiap Idul Fitri dan Idul Adha di lapangan luas atau luar ruangan.
Salat Id sendiri hukumnya sunah muakad yang artinya salat ini walaupun bersifat sunah, tetapi sangat penting sehingga sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.
Namun, Lebaran Idul Fitri masih dalam suasana pandemi Covid-19 sehingga banyak masyarakat yang memilih melaksanakan salat Id di dalam rumah maupun di masjid.
Akan tetapi, pakar biomolekuler justru menyarankan warga untuk melaksanakan salat Id di lapangan dan langsung terkena paparan sinar matahari.
Hal tersebut dikatakan oleh seorang pakar biomolekuler Universitas Sriwijaya Prof Yuwono di Palembang, Senin, 10 Mei 2021.
Diketahui, sinar ultraviolet yang dipancarkan oleh matahari telah terbukti 100 persen mampu membunuh virus Covid-19.
Menurut Prof Yuwono, hal tersebut diketahui berdasarkan penelitian Columbia University pada 2020,
Oleh karena itu, dirinya lebih menyarankan warga untuk memundurkan waktu pelaksanaan salat Id pada saat matahari telah meninggi karena dapat mencegah paparan virus selama pelaksanaan shalat.
“Maka saya sarankan jadwal salat Id juga dimundurkan agak siang ke pukul 07.30 WIB, biasanya kan mulai pukul 06.30 WIB,” katanya.
Menurut dia, sinar matahari sendiri sudah digunakan sebagai terapi bagi kasus-kasus positif Covid-19 yang menjalani isolasi.
Selain itu, pancaran sinar matahari juga berfungsi mematangkan Vitamin D di dalam tubuh untuk peningkatan imunitas tubuh.
Meski secara zonasi suatu wilayah terbilang aman, namun secara individu jamaah tetap memiliki potensi menularkan Covid-19 sehingga protokol kesehatan wajib diterapkan.
Protokol kesehatan tersebut terdiri dari memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun.
Kepada Bergelora.com dilaporkan, Prof Yuwono juga mengimbau warga yang imunitasnya tubuhnya sedang menurun atau sakit agar tidak ikut salat Id berjamaah.
Selain itu, dirinya juga meminta kedatangan jamaah disarankan tidak berbarengan agar menghindari terjadinya kerumunan di pintu masuk.
Menurut dirinya, khotib perlu mempersingkat waktu khutbah, secara keseluruhan pelaksanaan salat Id jangan lebih dari 30 menit.
“Sebab jika khutbah itu terlalu lama dan apalagi kurang menarik, maka jamaah bisa mengantuk dan capek, lalu imunitas bisa turun sehingga lebih rentan terpapar Covid-19,” katanya menegaskan.
Oleh karena itu masyarakat harus memperkuat imunitas pada Lebaran Idul Fitri agar tetap kuat menangkal Covid-19 yang sangat mungkin menyebar ketika mobilitas warga sedang tinggi-tingginya. (Yuli Maheni)