BENGKAYANG – Buah anggur Dayak, dengan sebutan berbeda di sejumlah wilayah di Pulau Kalimantan, dengan nama latin xanthophyllum amoenum, diyakini bisa dijadikan salah satu obat alternatif non rekomendasi tim medis di dalam menyembuhkan penyakit Corona Virus Disease-19 (Covid-19).
Hal itu dikemukakan Pelaksana Tugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat, Damianus Leleh, SH, Jumat (19/6).
“Ini hanya pendapat pribadi, bukan mengatasnamakan instansi Pemerintah Republik Indonesia. Tapi ada pengakuan sejumlah warga di Jakarta yang mendapat kiriman buah anggur Dayak dari Kalimantan, bisa sembuh dari Covid-19 setelah beberapa hari minum air anggur Dayak,” kata Damianus Lele.
Menurut Damianus Lele, buah anggur Dayak sekarang sudah tidak bisa lagi dibawa bebas ke luar Kalimantan, karena langsung disita di bandar udara, karena pohonnya salah satu jenis tanaman kehutanan yang dilindungi.
Dikatakan Damianus Lele, buah anggur Dayak, warna kulit batangnya agak kuning tua, buahnya yang sebelum masak juga berwarna kuning tua, tapi kalau sudah masak berwarna kunig muda (agak keputih-putihan).
Buahnya bulat seperti buah manggis, saat berbuah, buahnya menumpuk di pohon bagian bawah di sekitar akar. Dari kearifan lokal, biasanya buah anggur Dayak yang sudah masak berwarna kuning muda, diperas dan airnya digunakan sebagai bahan bumbu masakan untuk menghilangkan bau amis ikan dan berbagai jenis daging.
Dari berbagai sub Suku Dayak, anggur Dayak dinamai pula dengan sebutan lempasung, ampahung, tohik, limpasu. Namanya sekarang menjadi lebih dikenal sebagai anggur Dayak, karena biasanya orang Dayak, buahnya yang sudah masak dijadikan bahan minuman beralkohol seperti tuak dari beras ketan melalui proses permetasi (ragi).
Tanaman anggur Dayak, selalu tumbuh di dataran rendah, pinggir sungai, dan mudah ditemui di sejumlah kawasan hutan di manapun di wilayah Pulau Kalimantan. Air anggur Dayak yang sudah matang, biasa juga digunakan untuk mencuci rambut, agar kotombe bisa hilang.
Kearifan Lokal
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, di sejumlah daerah, anggur Dayak yang sudah masak, dibelah kemudian diasap sampai kering. Kulit anggur Dayak yang sudah kering, dicemplungkan ke dalam panci bersamaan dengan bahan masakan lainnya, untuk menghilangkan bau amis saat memasak ikan dan berbagai jenis daging.
“Dari sudut kearifan lokal, tidak salah kalau dicoba, karena dijamin tidak beracun. Paling tidak sebagai antisipasi menjaga kesehatan. Buah anggur Dayak memang sangat asam. Biasa sebagai pengganti cuka getah untuk mengentalkan air lateks setelah disadap dari pohon karet,” ujar Damianus Lele.
Dikatakan Damianus Lele, berdasarkan pengakuan warga dari Kabupaten Bengkayang yang familinya sembuh setelah beberapa hari minum air anggur Dayak di Jakarta, pernafasannya berangsur lancar karena tenggorokan berangsur-angsur terbebas dari rasa sakit saat menelan liur.
Damianus Lele, mengatakan, Pemerintah Republik Indonesia sangat menghargai berbagai jenis kearifan lokal masyarakat dalam upaya mengantisipasi sampai mengobati pasien Covid-19 secara mandiri.
Tingkat kekerasan kayu Anggur Dayak, cukup baik sehingga masyarakat menggunakannya sebagai pegangan pisau, kapak, dan cangkul.
Keunikan lainnya kulit buah Anggur Dayak, tebal sekitar 1 centimeter dan jika terbentur menghitam, lalu berbuih. Masyarakat lokal memanfaatkan buih itu sebagai sabun. Periode berbuat Anggur Dayak, pada Februari—Maret, tiap tahun. (Aju)