Home Rumah Dapur-Sumur-Kasur Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan

Dapur-Sumur-Kasur Bukan Hanya Tanggung Jawab Perempuan
Dukung Kampanye #BerbagiPeran

by admin

Jakarta – Selama ini kontruksi sosial telah menempatkan perempuan lebih untuk menangani urusan rumah tangga atau yang lebih dikenal dengan istilah  “dapur, sumur kasur”

Konstruksi sosial yang telah berlangsung berabad-abad ini mendikotomi laki-laki dan perempuan dalam pembedaan yang tegas peran gender tradisional. Bahwa perempuan sebagai satu-satunya pihak yang bertanggung jawab atas semua pekerjaan domestik (urusan rumah tangga dan mengasuh anak), sedangkan laki-laki adalah pencari uang dan penentu kebijakan.

Padahal sejatinya, peran yang menjadi kodrat perempuan dan tak bisa dilakukan laki-laki hanyalah menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui. Yang lain-lain, bahkan termasuk mengasuh dan membesarkan anak, laki-laki juga bisa melakukannya. Seperti halnya perempuan juga bisa mencari nafkah.

“Jadi kodrat perempuan adalah menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.  Di luar itu, seperti mencuci piring, memasak, membersihkan rumah atau bahkan mengasuh anak adalah hasil konstruksi sossial,” ujar aktivis gerakan kesetaraan Yenny Wahid di sela webinar bertajuk Women in Leadership yang digelar Katadata.co.id dalam rangka Hari Perempuan Internasional 2022, pada Senin (7/3/2022). Webinar ini juga menghadirkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Duta Besar Australia untuk Indonesia.

Konstruksi sosial yang salah kaprah ini kerap menyebabkan perempuan, terutama seorang ibu, harus menanggung beban ganda dan mengemban berbagai peran; misalnya sebagai ibu rumah tangga yang harus mengerjakan pekerjaan domestik, sebagai istri, sebagai orang tua bagi anak, dan peran sebagai pencari nafkah untuk membantu meringankan beban ekonomi keluarga.

Dalam kesempatan itu Yenny mengatakan, bahwa konstruksi ini menghalangi perempuan untuk maju dan berkembang meski sebenarnya mereka memiliki kemampuan yang tak kalah dibanding laki-laki. Untuk itu, ia mengajak perempuan Indonesia untuk bersama-sama memperjuangkan kesetaraan ini.

Kesetaraan itu, ujarnya, tidak akan terwujud jika perempuan tidak memperjuangkannya. Yenny lantas memaparkan, bagaimana ia dan saudari-saudarinya dibesarkan di bawah bimbingan orang tua (Gus Dur dan Ibu Sinta Nuriyah) yang egaliter dan tidak membedakan peran perempuan dan laki-laki.  Namun ketika keluar dari rumah, ia harus berhadapan pada sistem di pesantren yang memisahkan dengan tegas antara posisi perempuan dan laki-laki.

“Ketika saya harus sering mendampingi Gus Dur, saya sering duduk di ruangan terpisah. Akhirnya saya meminta tidak dipisahkan dengan alasan Bapak membutuhkan saya. Awalnya ada yang menolak, tapi lama-lama orang terbiasa dengan keberadaan saya,” ujarnya.

Ia menambahkan, kondisi ini juga terjadi di banyak bidang kehidupan. Di mana kehadiran perempuan di ruang publik dan ruang pengambilan kebijakan masih sangat minim, meski sudah mulai ada perubahan yang positif.

Kampanye #BerbagiPeran

Masih terkait hal ini, Campaign.com bersama Asha Puan, komunitas yang bergerak di isu kesetaraan gender, bekerja sama dengan Yayasan Pulih sebagai salah satu penggerak utama kesetaraan gender di Indonesia meluncurkan kampanye social  #BerbagiPeran.

Asha Puan, melalui kampanye di mesia sosial, lantas hadir untuk memberi dukungan dan kesempatan yang sama tanpa memandang gender untuk menghilangkan stereotip peran gender tradisional. Yasmin Afifah, Founder Asha Puan mengungkapkan, kampanye sosial ini digagas karena terdorong oleh peningkatan intensitas pekerjaan rumah tangga akibat pembagian pekerjaan rumah tangga yang tidak merata yang dialami oleh perempuan sejak pandemi Covid-19 melanda Indonesia sejak 2020.

“Dengan adanya kampanye ini diharapkan terlahirnya kebiasaan baru laki-laki yang tidak segan dalam melakukan peran domestik dan tidak ada lagi stigma ‘kewajiban’ untuk perempuan mengerjakan pekerjaan domestik karena peran itu bisa dikerjakan bersama-sama.” ungkap Yasmin.

Pada dasarnya, tiap anggota keluarga memiliki peran serta tanggung jawabnya masing-masing yang tidak terbatas pada peran gender tradisional; pekerjaan rumah itu bukan hanya kewajiban yang hanya dilakukan oleh perempuan. Menurut Dian Indraswari, Direktur Yayasan Pulih, “pembagian peran di pekerjaan domestik merupakan salah satu cara untuk menciptakan/mengusung isu kesetaraan gender.

Melalui #BerbagiPeran, kita akan belajar caranya untuk menciptakan kemitraan yang sehat dan setara antara perempuan dan laki-laki, menantang bias persepsi mengenai peran gender yang kita miliki selama ini, termasuk juga saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan kesetaraan.

Peran perempuan dan laki-laki dalam ranah domestik sama-sama penting dan setara; tidak ada yang lebih penting ataupun kurang penting.”

Lingkungan sosial dan rumah tangga yang menerapkan norma gender tradisional kerap memaksa perempuan tetap melakukan tugasnya sebagai penanggung jawab pekerjaan domestik, sekalipun ia telah memiliki tanggung jawab sebagai pencari nafkah/bekerja.

Berdasarkan data dari bps.go.id, angka perempuan menikah atau ibu rumah tangga sambil bekerja pada tahun 2020 mencapai 28,74 persen dan naik signifikan dari tahun 2019 yang persentasenya mencapai 26,77 persen.

Yayasan Pulih berpendapat jika terjadi ketimpangan, maka tidak ada kesetaraan di rumah. Ketimpangan ini dapat mengarahkan pada munculnya konflik yang berkepanjangan dan tidak selesai, sehingga berdampak pada seluruh anggota keluarga.

Dampaknya bisa sangat beragam, baik dampak psikologis, emosional, fisik, ekonomi dan sebaginya. Da, kondisi ini tak hanya berdampak di rumah saja tapi juga akan berdampak dalam lingkungan yang lebih luas termasuk sekolah, tempat kerja, maupun komunitas karena kita bagian dari sistem masyarakat.

Kampanye sosial ini dijalankan seluruhnya secara digital lewat aplikasi Campaign #ForChange, sebuah platform aksi sosial garapan startup Campaign.com, Asha Puan mengajak publik untuk melakukan empat aksi dan setiap aksi yang terselesaikan akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp10.000 oleh Yayasan Dunia Lebih Baik dan Kampus Merdeka.

Donasi ini nantinya akan digunakan untuk pelaksanaan lokakarya (workshop) gratis seputar pembagian peran anggota keluarga di dalam rumah tangga bersama Yayasan Pulih. Keterlibatan Asha Puan dan dua sponsor ini juga diharapkan dapat menginspirasi generasi muda dan masyarakat umum untuk sadar akan perjuangan perempuan menghadapi kerasnya peran gender dan beban ganda.

Related Articles

Leave a Comment