Home Sosial & Budaya Cerita PRT: Berjualan, Menyambung Hidup Di Masa Pandemi

Cerita PRT: Berjualan, Menyambung Hidup Di Masa Pandemi

by admin
Berjualan makanan untuk menyambung hidup, ini salah satu yang dilakukan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang di PHK selama pandemi

Ini benar-benar itu situasi buruk yang tidak pernah kami bayangkan sebelumnya: saya di PHK di masa pandemi. Pandemi telah membuat hidup kami menjadi buruk.

Dalam kondisi tak punya pekerjaan, akhirnya saya putuskan untuk berjualan keripik, karena ini adalah salah satu hal yang bisa saya lakukan, yaitu bagaimana mengolah bahan yang ada di rumah dan kita bisa menjualnya ke pasar. Untuk menyambung hidup, apapun harus dilakukan

Nama saya Kartini, anak saya 6, yang masih hidup 4 dan yang meninggal 2 orang. Saya bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga/ PRT selama 10 tahun. Pekerjaan saya menjaga anak dan memasak dengan jam kerja mulai dari jam 8 pagi sampe jam 5 sore dan mendapat libur di hari Sabtu dan Minggu.

Saya tidak bekerja dengan menggunakan kontrak kerja, namun hubungan saya dan majikan sangat baik, setiap hari saya bekerja menjaga anak dan memasak. Saya tidak pernah di suruh -suruh untuk melakukan pekerjaan yang tidak menjadi tanggung jawab saya. Mereka sudah menganggap saya sebagai orang tua, dan mereka memanggil saya: mama. Itulah wujud kedekatan kami.

Kami sering bertukar pikiran soal gaji dan hari libur, jadi saya tak pernah kekurangan. Saya juga sangat senang bekerja dengan mereka karena soal makanan juga tidak pernah dibedakan dan sering disuruh membawa pulang makanan.

Tetapi ketika pandemi Covid-19 datang, tiba-tiba saya diistirahatkan bekerja, sementara suami saya tidak punya pekerjaan yang menentu selama corona

Saya masih menyimpan uang Rp. 300 ribu, dan saya ingin berbuat sesuatu untuk menghasilkan uang. Muncullah ide dan kemauan saya untuk membuat keripik ubi yang sudah lama tidak saya buat. Bahannya ada di sekitar kita dan mudah membuatnya

Keripik ubi aku bikin dengan dibantu dengan anak saya. Dia yang pergi ke pasar, saya yang membuat dan anak saya kemudian yang menjual keripik ubi itu, sehingga menghasilkan uang yang bisa kami belanjakan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Dalam sehari hari, jualan keripik saya laku dengan harga jual Rp.50.000 ribu perkilogram dengan satu bungkusnya dijual dengan harga Rp. 5.000/ bungkus. Keuntungannya sangat lumayan.

Saya sebenarnya ingin meminjam modal yang agak besar untuk mengembangkan usaha, namun saya takut karena jika meminjam pasti ada bunganya yang besar. Saya sudah mendaftar sebagai penerima bantuan UMKM di Kelurahan, namun sampai sekarang tidak ada kabar dari kelurahan. Sedangkan bantuan Bayar Langsung Tunai/ BLT yang saya terima tidak bisa diharapkan terus-menerus

Saya berharap ke depannya pemerintah semoga bisa lebih melihat lagi ke masyarakat bahwa yang betul-betul butuh bantuan harus dilihat agar layak untuk dibantu, jangan sampai salah sasaran.

Kartini, aktif di Organisasi Pekerja Rumah Tangga (PRT)

 

Related Articles

Leave a Comment