Prof Chaerul Anwar Nidom, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR, Surabaya dan Ketua Tim Riset Corona & Formulasi Vaksin, Professor Nidom Foundation (PNF). (Ist)
SURABAYA- Prof Chaerul Anwar Nidom, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR, Surabaya dan Ketua Tim Riset Corona & Formulasi Vaksin, Professor Nidom Foundation (PNF) meminta agar Vaksin Nusantara segera bisa disiapkan untuk vaksinasi ketiga dan untuk anak-anak pelajar.
“Keuntungan lain untuk vaksin ketiga dan anak-anak digunakan, bisa langsung untuk menangkal varian baru aseli/khas Indonesia yaitu: Varian B 1446.2 yang konon lebih dari Varian Delta untuk segalanya,” tegasnya kepada pers untuk menjawab kegagalan vaksin menghadapi mutasi virus saat ini.
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, Nidom menjelaskan, dengan hasil analisis laboratorium terhadap relawan vaksin nusantara tahap kedua yang sangat bagus. Karena tidak dijumpai Kejadian Ikutan Pasca Vaksinasi (KIPI), tidak banyak dijumpai hal-hal yang fatal. Kemudian kecepatan penggantian antigen pemicu respon imun, bisa segera dilakukan.
“Oleh karena itu, saya sarankan kalau toh tetap mau gas poll, maka vaksin yang ketiga dan vaksin anak-anak pelajar sebaiknya menggunakan Vaksin Nusantara,” tegasnya.
Menurutnya, saat ini sebuah fenomena baru terjadi di Indonesia, kelompok penerima vaksin banyak yang terinfeksi bahkan menjadi fatal. Alasan yang muncul, terinfeksi karena tidak patuh terhadap protokol kesehatan.
“Pernyataan menjadi ironis, mengingat yang terinfeksi ulang adalah para nakes (tenaga kesehatan). Masak mereka tidak patuh prokes?Meski tidak ada data yang mewakili, kita bisa katakan banyak. Padahal nakes awalnya sebagai pihak yang penuh resiko oleh karena itu.di dahulukan untuk vaksinasi,” katanya.
Tentunya, menurutnya, ibarat berkendara di tol, perlu cari rest area, untuk berhenti sebentar meredakan mesin yang panas, sekaligus mencari sebab musabab gangguan.
“Terus terang, ini malah dilakukan tekan gas penuh. Tentunya perlu ke hati-hatian. Karena ini bukan mesin mobil,” tandasnya. (Ardiansyah Mahari)