JAKARTA- Ketua Satuan Tugas (Satgas) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoeban mengatakan bahwa vaksin AstraZeneca tak boleh diberikan untuk orang yang berusia di bawah 30 tahun.
Hal ini disampaikan Prof Zubairi dalam Twitternya, Jumat (21/5/2021). “Ada pertanyaan lagi kepada saya tentang AstraZeneca.
“Apakah boleh untuk orang di bawah 30 tahun? Saya jawab, tidak boleh. Kenapa? Karena beberapa kejadian di Inggris mengaitkannya dengan pembekuan darah. Ada 79 kasus dari 20 juta dosis vaksin, 19 di antaranya meninggal,” tulis Prof. Zubairi dalam twitnya.
Terkait risiko vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dan Oxford ini, Prof. Zubairi mengatakan bahwa jelas, tidak ada pengobatan atau vaksin yang bebas dari risiko.
“Bagi saya, AstraZeneca memberi lebih banyak manfaat daripada risiko. Namun, untuk di bawah usia 30 tahun, vaksin lain mungkin pilihan yang lebih baik,” imbuh dia.
Rekomendasi Prof Zubairi ini berdasarkan kejadian di Inggris. Dia menambahkan, sejak bulan April, Inggris hanya memberikan vaksin AstraZeneca untuk orang yang berusia di atas 30 tahun.
Sementara bagi yang berusia di bawah 30 tahun, pemerintah Inggris memberikan alternatif untuk menggunakan vaksin jenis lain.
“Saran saya, kita ikuti rekomendasi Inggris yang tidak memberikan AZ kepada orang di bawah 30 tahun. Kita tentukan kriteria untuk vaksin ini berdasarkan bukti ilmiah yang ada. Untuk usia berapa dan mitigasinya. Agar jelas,” kata Prof. Zubairi.
Riset terkait vaksin AstraZeneca, suntikan direkomendasikan untuk 40 tahun ke atas
Pada bulan April 2021, regulator Inggris mengatur bahwa orang berusia di bawah 30 tahun diberi vaksin selain AstraZeneca karena adanya risiko penggumpalan darah.
Namun pada awal Mei ini, Komite Bersama Vaksinasi dan Imunisasi (JCVI) Inggris memperbarui panduan tersebut.
Dilansir Forbes, 7 Mei 2021, panduan diubah setelah ditemukan kasus pembekuan darah pada orang berusia 30-39 tahun yang disuntik vaksin AstraZeneca juga berisiko mengalami pembekuan darah parah, meski jarang.
Oleh sebab itu, di Inggris vaksin AstraZeneca hanya akan diberikan pada mereka yang berusia 40 tahun ke atas.
Sementara mereka yang berusia di bawah 40 tahun akan diberi suntikan alternatif selain AstraZeneca.
“Berdasarkan saran kami sebelumnya, kami sekarang menyarankan bahwa orang dewasa berusia 30-39 tahun yang belum divaksinasi dan tidak memiliki kondisi kesehatan mendasar yang membuat mereka berisiko lebih tinggi terkena Covid-19 parah, sebaiknya ditawarkan alternatif vaksin (selain) AstraZeneca,” kata ketua JCVI Profesor Wei Shen Lin dalam konferensi pers, Jumat.
Dr. June Raise, kepala regulator obat Inggris, Badan Pengawas Produk Obat dan Kesehatan, mengatakan organisasi tidak akan melarang vaksin pada orang di bawah 40 tahun atau memperbarui persetujuan vaksinnya.
“Sebab, keseimbangan manfaat dan risiko sangat menguntungkan bagi kelompok usia yang lebih tua,” kata Raise. Laporan pembekuan darah Pada 28 April 2021, ada sekitar 240 laporan pembekuan darah terkait vaksin AstraZeneca di Inggris.
Kasus gumpalan darah yang langka memicu tingkat kematian sebesar 20 persen.
Selain itu, laporan tersebut menemukan bahwa risiko penggumpalan darah lebih tinggi pada wanita dibanding laki-laki.
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, Vaksin AstraZeneca adalah satu dari tiga vaksin yang disetujui di Inggris. Ketiga vaksin yang disetujui di Inggris adalah vaksin Moderna, Pfizer, vaksin AstraZeneca, dan sedang meninjau Johnson & Johnson.
Vaksin AstraZeneca dan suntikan Johnson & Johnson menggunakan teknologi serupa dan memiliki risiko penggumpalan darah yang sama.
Jonathan Van-Tam, wakil kepala petugas medis di Inggris mengatakan, dirinya tidak mengharapkan suntikan Johnson & Johnson akan digunakan untuk menggantikan vaksin AstraZeneca pada individu yang lebih muda di Inggris. (Jumiyem)