JAKARTA- Sudah sejak lama disampaikan presiden, hidup berdamai dengan covid. Artinya kita harus siap hidup berdampingan dengan covid dan tidak saling mengganggu. Hal ini disampaikan mantan Ketua DPR-RI, Marzuki Alie di Jakarta, Sabtu (19/6).
Hal ini menanggapi pernyataan Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito bahwa tidak ada jalan lain untuk keluar dari pandemi melainkan kita mampu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang secara berkelanjutan.
“Tapi karena dana APBN yang ratusan triliun, maka pesan presiden tidak diperhatikan, lebih penting berburu vaksin, banyak rentenya!,” tegas politisi Partai Demokrat ini.
Indonesia kembali menghadapi lonjakan kasus COVID-19 setelah libur panjang, yakni Hari Raya Idulfitri kemarin. Bahkan, lonjakan kasus pada empat minggu setelah lebaran 2021 ini lebih tinggi dibanding lebaran 2020 lalu.
Tercatat, terjadi lonjakan kasus positif COVID-19 sebesar 38,3 persen dibanding pekan sebelumnya. Ini kenaikan yang sangat signifikan. DKI Jakarta menjadi daerah yang paling tinggi kenaikan kasus positifnya, yakni 7.132 kasus dalam sepekan.
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 memberi pesan, lonjakan kasus usai libur panjang membuktikan bahwa penularan virus tidak mengenal kata libur.
“Kita semua mengerti masa pandemi tidaklah mudah. Banyak yang terkena imbasnya. Bukan hanya soal sehat dan sakit tapi juga menyentuh kepentingan lainnya,” kata Wiku dalam tayangan Youtube BNPB Indonesia, dikutip pada Jumat, 18 Juni.
Pemerintah memang telah melakukan berbagai upaya penanganan pandemi, baik penelusuran, pemeriksaan, hingga perawatan COVID-19. Namun, hal itu tak cukup. Karenanya, Wiku menyebut masyarakat juga harus bisa beradaptasi untuk membiasakan penerapan protokol kesehatan.
Sebab, Wiku melihat sejak awal pandemi di Indonesia, kekompakan masyarakat dalam menjalankan upaya pencegahan COVID-19 belum terbentuk seluruhnya. Lalu, pengentahuan terkait hal ini masih sangat minim. Hal ini akhirnya berimbas pada kenaikan kasus positif dan menipisnya kapasitas pelayanan kesehatan.
“Tidak ada jalan lain untuk keluar dari pandemi melainkan kita mampu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan baru yang secara berkelanjutan,” ujar Wiku.
Wiku mengungkapkan, pada prinsipnya upaya pencegahan penyakit menular seperti COVID-19 bersifat multiplikatif. Setiap satu kasus yang dicegah dapat berperan besar dalam menekan meluasnya penularan.
Karenanya, upaya preventif yang dapat dilakukan masyarakat adalah melakukan protokol 3M secara konsisten, menjauhi kerumunan, menunda perjalanan yang tdiak terlalu mendesak.
Sementara, pemerintah daerah juga harus memasifkan vaksinasi khususnya pada populasi berisiko dan memperbaiki manajemen pelayanan kesehatan dan sistem kerja tenaga kesehatannya.
“Perlu dimengerti bahwa upaya pencegahan yang baik harus dilakukan secara konsisten, tidak mengenal waktu. Selama masa pandemi COVID-19 belum berakhir, maka upaya preventif harus terus dilakukan karena peluang penularan masih tetap ada,” pungkasnya. (Jumiyem)