JAKARTA – Tak terasa satu tahun pandemic Covid-19 dirasakan seluruh masyarakat dunia, tak terkecuali Indonesia. Semua dipaksa berubah dan beradaptasi dengan cepat. Interaksi fisik secara langsung sangat dibatasi demi mengurangi resiko terpapar Covid-19.
Pelan tapi pasti, Indonesia terus berusaha bangkit. Distribusi dan penyuntikan vaksin pun mulai dilakukan. Penerapan Work from Home (WFH), pendidikan daring (online learning) yang dilakukan di semua jenjang pendidikan, dan hadirnya berbagai start-up / perusahaan berbasis aplikasi membuka mata era kemajuan industri 4.0 saat ini dikelilingi oleh teknologi.
Hampir semua hal bisa dilakukan secara remote meski tanpa kontak fisik. Tentunya hal ini mengubah cara pandang anak-anak terhadap dunia serta membuat mereka secara mandiri mengembangkan keterampilan tertentu.
Komputerisasi atau istilah lainnya digitalisasi akan semakin merambah keseharian termasuk dunia kerja. Dalam sepuluh tahun kedepan akan muncul jenis pekerjaan baru sekaligus juga hilangnya mata pencaharian yang tidak bisa menyatu dengan teknologi.
Sudahkah anak kita memiliki cara pandang dan keterampilan yang tepat terhadap perubahan ini? Atau sebagai orang tua, sudahkah kita mempersiapkan skill dan pendidikan yang mampu menunjang karir mereka ke depan?
CEO Apple, Tim Cook, pada acara Time 100 Summit mengatakan bahwa pemrograman komputer adalah bahasa kedua yang sangat diperlukan terlepas dari apapun passion dari si anak. Ini bukan berarti buah hati kita harus menjadi programmer. Yang ditekankan adalah pengembangan keterampilan dasar matematika yang bisa diperoleh selama belajar pemrograman.
Tim Cook juga berpendapat bahwa anak-anak yang belajar koding sejak usia dini berpotensi memiliki kemampuan pemrograman yang lebih baik dari mahasiswa yang hanya belajar koding selama 4 tahun. Pendapatnya ini disampaikan setelah Tim Cook sendiri bertemu dengan Liam Rosenfeld, seorang remaja 16 tahun yang menjadi salah satu pemenang beasiswa untuk acara Apple Worldwide Developers Conference (WWDC).
“Kami ingin menciptakan masa depan cerah untuk generasi muda Indonesia melalui pendidikan IT. Timedoor Coding Academy didirikan dengan harapan anak-anak zaman sekarang tidak hanya menjadi pengguna teknologi digital, tetapi juga menjadi penemu teknologi di masa mendatang. Kami mempersiapkan seluruh siswa untuk benar-benar siap menghadapi era digital,” ujar Presiden Direktur PT Timedoor Indonesia, Yutaka Tokunaga, yang membuka Timedoor Coding Academy; sebuah start-up pendidikan coding and programming yang berbasis di Bali.
Timedoor Coding Academy sendiri hadir berbekal pengalaman setelah lebih dari 6 tahun PT Timedoor Indonesia menjalankan bisnisnya sebagai perusahaan penyedia jasa pembuatan website dan aplikasi (Android dan iOS).
Tingginya minat pengusaha untuk go digital dengan membuat berbagai aplikasi yang memudahkan mereka untuk memonitor perkembangan usaha mereka kapan pun dan dimana pun, mendorong Timedoor untuk segera mempersiapkan generasi muda Indonesia yang tangguh dan siap bersaing.
Terkait pandemi Covid-19, Timedoor Coding Academy menonaktifkan semua kegiatan sekolah offline dan beralih ke sistem daring. Ini dimaksudkan guna mendukung program pemerintah untuk segera menuntaskan penyebaran virus tersebut.
“Kami terkejut dan tidak menyangka bahwa ternyata minat masyarakat Indonesia terhadap sekolah koding online kami tinggi, karena orang tua mulai sadar bahwa pendidikan IT meski dilakukan secara daring pun bisa tetap menyenangkan bagi siswa. Melihat kondisi ini, kami berkomitmen untuk melaksanakan program ini secara permanen, ” lanjut Mr.
Tokunaga Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, Head of Teachers di Timedoor Coding Academy Setyo Purwaningsih mengatakan, koding dan programming penting untuk diajarkan sejak dini karena merupakan foundation skills seperti halnya membaca, menulis, dan berhitung.
Koding dan programming merupakan skill abad 21 yang mengajarkan anak untuk berpikir secara logis, kreatif, dan kerjasama. Bahkan, beberapa negara di Eropa seperti Finlandia, dan Inggris sudah menjadikan programming sebagai pendidikan wajib sejak anak berumur 5 tahun. Mereka yakin bahwa future will be build by those who know how to code.
“Kita sebagai orang tua bahkan sudah merasakan sendiri tantangannya, di mana perusahaan-perusahaan raksasa seperti Facebook, Google, Amazone, Gojek, Traveloka, dll dibangun berdasarkan IT. Mereka memanfaatkan Internet of Things (IoT), robot, dan Artificial Intelligence (AI) untuk memudahkan sekaligus menggantikan peran manusia di beberapa sektor pekerjan.
Oleh karena itu membiarkan buah hati mendapat pendidikan Bahasa pemrograman di usia dini akan jadi investasi yang tepat bagi masa depannya,” pungkasnya. (Sargini)