JAKARTA- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) berupaya mengambil langkah strategis di tengah pandemi COVID-19, melalui akselerasi transformasi industri 4.0 yang sejalan dengan Making Indonesia 4.0, yakni sebuah peta jalan untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional.
Dengan demikian, diharapkan perekonomian kembali pulih di tengah pandemi, dan aktivitas industri mampu berjalan seperti sediakala tanpa mengabaikan prosedur dan protokol kesehatan.
“Transformasi industri 4.0 ini memberikan keuntungan bagi perusahaan industri dengan menurunkan biaya dan down-time, meningkatkan kinerja mesin dan peralatan, meningkatkan kecepatan operasi produksi dan kualitas produk, serta compatible dengan protokol kesehatan,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi lewat keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis.
Selama pandemi COVID-19, Kemenperin aktif melakukan sosialisasi pemahaman kepada para pemangku kepentingan industri agar tetap produktif dengan industri 4.0, di antaranya melalui penyelenggaraan penilaian Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0) secara online guna mengakselerasi pelaku industri untuk dapat bertransformasi menuju industri 4.0.
“Sekitar 500 perusahaan industri telah terlibat dalam assesment INDI 4.0 dan proses transformasi industri 4.0 di tahun 2019,” ungkap Kepala BBPI.
INDI 4.0 yang telah diluncurkan tahun 2019 tersebut, merupakan alat untuk mengukur kesiapan industri dalam bertransformasi menuju industri 4.0. Indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam mengukur tingkat kesiapan industri untuk bertransformasi menuju industri 4.0 di Indonesia ini terdiri dari lima pilar (manajemen dan organisasi, orang dan budaya, produk dan layanan, teknologi dan pilar operasi pabrik).
“Pada INDI 4.0 terdapat lima level, yaitu level nol hingga level empat yang menunjukkan kesiapan industri dalam menerapkan industri 4.0,” tuturnya.
Pengisian penilaian INDI 4.0 pada sistem informasi industri nasional (SIINas) dilakukan secara virtual mulai Rabu 15 Juli 2020, yang diikuti oleh 150 perusahaan industri dari berbagai sektor, antara lain makanan dan minuman, elektronik, otomotif, kimia, elektronik, farmasi, alat kesehatan, logam dan aneka, serta dihadiri juga oleh tenaga ahli dan perusahaan industri yang telah melakukan transformasi industri 4.0 di tahun sebelumnya.
“Memang prioritas industri 4.0 ini pada lima sektor yaitu makanan minuman, tekstil, kimia, otomotif, dan elektronika, serta farmasi dan alat kesehatan guna mendukung percepatan pemulihan pandemi COVID-19 ini. Kami juga memberi kesempatan kepada sektor lain bila ingin bertransformasi menuju industri 4.0,” lanjut Doddy.
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, dalam assesment ini juga dijelaskan tentang keuntungan dan strategi transformasi industri 4.0 sebagai salah satu solusi untuk tetap produktif di masa pandemi COVID-19 guna memenuhi prosedur dan protokol kesehatan.
“Dalam kondisi seperti ini, semakin banyak perusahaan yang proaktif untuk transformasi industri 4.0, tentunya akan semakin besar peluang pelaku industri tetap eksis dan mampu untuk berdaya saing,” ungkapnya.
Doddy menambahkan selain peningkatan awareness dan assesment INDI 4.0, dilakukan pula pendampingan dan pelaksanaan project transformation industry 4.0 untuk perusahaan industri.
Pendampingan ini bertujuan memberikan arah dan langkah strategis yang dapat diambil perusahaan dalam memprioritaskan project implementasi industri 4.0 sesuai dengan key performance indicators (KPI) perusahaan.
“Perusahaan-perusahaan dengan skor INDI 4.0 di level tiga akan mendapat prioritas pendampingan dan didorong untuk mengakselerasi transformasi industri 4.0 agar benefitnya dapat segera dirasakan di masa pandemi ini,” pungkasnya. (Yuni)