JAKARTA- Soal ditemukannya virus Corona pada sperma, Kepala BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), Dr. Hasto Wardoyo menegaskan keraguannya kepada pers di Jakarta, Senin (11/5).
Menurutnya ada dua kemungkinan yang bisa terjadi jika virus Corona ditemukan di sperma yaitu, pertama kemungkinan infeksinya cukup berat sehingga virus yang ada di saluran pernafasan dan paru-paru itu menyebar via darah lewat pembuluh darah yang disebut dengan istilah viremia.
“Tentu ini terjadi pada pasien-pasien yang parah. Dan saya tidak khawatir akan menjadi sumber penularan melalui hubungan seks. karena mestinya kalau parah tidak mungkin hubungan seks,” ujarnya.
Yang kedua menurutnya, yang menjadi pertanyaan para peneliti apakah Corona bisa hidup dan berkembang di saluran reproduksi. Kalau memang berkembang di saluran reproduksi pasti ada gejala disana.
“Kalau di paru-paru bisa pneumonia, mestinya di testis dan uretra bisa orchitis namanya. Tapi sampai hari ini tidak ada laporan orchitis (radang pada testis),” katanya.
Menurutnya, kita boleh khawatir penularan via hubungan seksual kalau sebab itu yang kedua.
“Sedangkan saya tidak yakin untuk penyebab yang kedua ini. Karena tidak pernah ada laporan pasien Corona dengan gejala orchitis,” tegasnya.
Tentang kemungkinan penularan akibat hubungan seks oral, Hasto kembali mempertanyakan apakah Corona bisa hidup dan berkembang di saluran reproduksi. Kalau memang berkembang di saluran reproduksi pasti ada gejala disana.
“Jawaban saya jelas. Saya tidak yakin, karena sampai hari ini tidak ada keluhan orchitis pada penderita Covid 19
Tentang Orchitis Hasto Wardoyo memaparkan gejalanya yaitu pembengkakan dan muncul rasa nyeri pada salah satu atau kedua testis sekaligus. Selain itu, testis juga akan lebih sensitif terhadap sentuhan.
“gejala lainnya adalah kelelahan. Sakit kepala, demam, nyeri pada bagian selangkangan.
Adanya darah pada cairan sperma. Mual dan muntah. Nyeri ketika buang air kecil dan saat berhubungan intim, dan ejakulasi,” katanya.
Temuan LIPI
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, sebelumnya, Peneliti dan ahli bidang reproduksi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufiq P Nugraha mengatakan virus bisa ditemukan di sperma atau air mani.
“Memang bukan hal yang aneh pada suatu infeksi virus yang bersifat viremia, virus dapat ditemukan di air mani,” kata Taufiq kepada pers di Jakarta, Sabtu (9/5).
Viremia adalah masa dimana virus masuk ke peredaran darah.
Dia menuturkan ada suatu artikel review yang menemukan kurang lebih 27 jenis virus yang pernah ditemukan di air mani, seperti penyakit zika atau ebola.
Menurut Taufiq memang pada saat infeksi berat dan terjadi viremia, virus bisa menembus blood-testis barrier dan akhirnya ditemukan dalam semen.
Menanggapi temuan peneliti China yang menguji air mani laki-laki yang terinfeksi COVID-19 dan menemukan minoritas yang memiliki virus SARS-CoV-2 dalam air mani, Taufiq menuturkan masih memerlukan kajian dan penelitian lebih lanjut.
Penelitian yang dilakukan pada 38 laki-laki terinfeksi COVID-19 yang dirawat di rumah sakit kota Shangqiu di China, ditemukan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 di sperma pada enam orang.
“Kalau melihat temuan ini menunjukkan bisa terjadi, tapi kalau viremia biasanya sudah infeksi berat karena virus sudah ke mana-mana,” tuturnya.
Taufiq menuturkan hasil temuan itu masih harus dicermati lebih lanjut, karena “ini masih tahap awal sepertinya.”
Untuk saat ini pengetahuan umum mengenai COVID-19 merupakan penyakit pernapasan atau “respiratory diseases”.
Tetapi, jika menyangkut penyebaran penyakit, ada beberapa faktor yang harus dikaji untuk menjawab pertanyaan berikut: apakah virus yang dideteksi di semen tersebut masih aktif, apakah virus ini masih viable atau bisa menginfeksi, berapa banyak konsentrasinya, dan berapa lama virus bisa bertahan di semen. (Lita Anggraeni)