SERANG – Menteri Sosial Juliari Batubara menanggapi salah satu warga Serang, Banten yang meninggal diduga kelaparan dan hanya minum air saja Yulie Nuramelia (43). Dia mengimbau agar pemerintah daerah khususnya Banten selalu mengecek warganya.
“Saya enggak mungkin tahu penyebabnya kalau tidak dicek langsung. Pemda-pemdalah yang harus menjadi garda terdepan untuk warganya,” kata Juliari kepada per, Selasa (21/4).
Dia pun mengklaim hingga saat ini bantuan sosial sedang berproses untuk didistribusikan ke seluruh wilayah. Hal tersebut untuk meringankan masyarakat dari pandemi virus Corona atau Covid-19.
“Sementara bansos-bansos dari pemerintah pusat masih berproses,” jelas Juliari.
Juliari pun mengucapkan belasungkawa atas meninggalnya Yulie yang disebut meninggal karena kelaparan. Dia mendoakan yang terbaik untuk perempuan berusian 43 tahun itu serta keluarganya.
“Turut berduka cita yang mendalam. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan tempat terbaik buat Almarhum. Amin,” ungkap Juliari.
Warga Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Banten, bernama Yulie Nuramelia (43) meninggal dunia setelah dua hari kelaparan. Yuli dan keluarganya bertahan hidup hanya dengan meminum air galon isi ulang semenjak merebaknya virus Corona Covid-19 di Indonesia.
Meninggal Kelaparan
Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, kisah keluarga ini sempat viral di media sosial. Yulie meninggal dunia pada Senin, 20 April 2020 sekitar pukul 15.00 WIB.
Yulie meninggalkan empat orang anak dan seorang suami, bahkan ada satu anaknya yang masih bayi. Empat orang anak-anaknya juga harus menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang, lantaran suaminya Mohamad Holik (49) yang sehari-harinya menjadi pemungut barang rongsok tak bisa mendapatkan penghasilan, karena lapak pembeli barang bekasnya tutup.
Begitupun anak sulungnya yang biasa bekerja sebagai buruh tak bisa menambah penghasilan bagi kedua orangtuanya, karena tempatnya dia bekerja tutup semenjak merebaknya Corona Covid-19.
Yulie, sebenarnya sempat menerima bantuan dari para relawan dan donatur saat kondisinya masih sehat.
“Pagi segar, sehat. Tidak ada keluhan. Karena ada pikiran kalau kata dokter. Mungkin banyak orang yang ngomongin,” kata sang suami, Mohamad Holik, ditemui dirumah duka, Senin (20/4/2020).
Penghasilan suaminya sebagai pemulung barang bekas hanya sebesar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per harinya. Itupun harus dibagi untuk masak dan kebutuhan hidup lainnya.
Namun semenjak Corona dan bantuan sosial belum juga di dapatkan dari Pemprov Banten maupun Pemkot Serang. Keluarga yang rumahnya masih menumpang itu harus menahan lapar dengan mengkonsumi air galon selama dua hari, termasuk sang anak yang masih bayi, hanya diberikan air mineral isi ulang. Hingga akhirnya berbagai relawan memberikan bantuan bagi keluarga almarhum Ibu Yuli.
Rochman Setiawan, salah satu relawan yang sempat memberikan bantuan dan bertemu langsung dengan almarhum mengaku kaget mendengar Ibu Yuli meninggal. Lantaran dia baru memberikan bantuan pada Senin, 20 April 2020 sekitar pukul 10.00 WIB.
“Kalau ada yang bilang keluarga Ibu Yuli enggak kelaparan, itu bohong. Waktu saya kasih bantuan, itu roti, langsung dimakan sama anaknya. Saya kaget pas dapat kabar ibu (Yuli) meninggal dunia,” kata pria yang akab disapa Omen itu, sembari terdengar suara menangis saat dikonfirmasi melalui sambungan selulernya, Senin (21/4/2020).
Sedangkan pihak Kelurahan Lontar Baru, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten, mengaku tak yakin keluarga tersebut menahan lapar selama dua hari dengan meminum air galon isi ulang. Karena pihak kelurahan tak mendapatkan laporan adanya warga yang kelaparan selama Corona.
“Dua hari enggak makan saya sendiri enggak percaya juga yah. Karena saya dapat informasi beliau masih makan,” kata Lurah Lontar Baru, Dedi Sudradjat, ditemui dirumah duka, Senin (21/4).
Pihaknya juga tidak bisa memastikan penyebab Ibu Yulie meninggal dunia. Karena berdasarkan laporan yang dia terima dari tim medis, almarhum tidak terpapar Corona Covid-19. Dedi juga mengatakan kelaparan tidak membuat Ibu Yuli meninggal dunia.
“Kalau penyebabnya saya belum tahu pasti, tapi dokter bilang bukan Covid-19. (Menahan lapar) saya kira bukan itu. Pihak puskesmas bilang meninggal di jalan. Bukan juga (meninggal) karena kelaparan,” jelasnya. (Argo Bani Putra)