Sebut saja Lastri (36th), bukan nama sebenarnya. Ia menekuni profesi sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) sejak usia 16 tahun hingga saat ini.
Aku tidak tahu, apakah suami Lastri di lebaran ini akan pulang? Karena sejak 2020 saat Covid -19 melanda, suami Lastri yang kerja di rantau, tidak pernah pulang, dan hingga sekarang tidak ada kabar.
Untuk biaya sekolah dan kebutuhan hidup lainnya, Lastri bekerja sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) dan berdagang atau berjualan makanan kecil di sekolah dekat aku tinggal, selain juga kadang menjadi buruh tani di musim hujan.
Yang membedakan, dulu saat sebelum menikah, Lastri tinggal di rumah pemberi kerja/majikan, namun setelah menikah dan punya anak, kerjanya tidak lagi penuh waktu dan tidak tinggal di rumah majikan, melainkan bekerja seminggu 2 kali dan tinggal di rumahnya bersama bapak mertua yang sudah usia lanjut. Suaminya bekerja merantau di Jakarta.
Menurut cerita Lastri, sudah hampir lima (5) tahun ini jarak tempat kerjanya jauh dari rumah. Rumah tinggalnya di Gunung Kidul dan majikannya tinggal di kota Jogja. Waktu kerjanya Sabtu dan Minggu, pagi berangkat sore pulang. Sementara Senin sampai Jumat, ia berdagang jajanan di Sekolah Dasar (SD) yang tidak jauh dari rumahnya. Ia jualan makanan seperti bakso tusuk, tempura, donat, pisang gulung, cireng, pop ice dan minuman instan lainnya.
Seperti biasa sebelum berangkat kerja Lastri selalu memasak untuk kedua anaknya dan mertua, setelah itu baru kerja atau jualan.
Kenapa harus cari kerja lagi? bukankah semua waktu, Senin sampai Minggu sudah dipakai untuk bekerja? Yach, memang sudah dipakai untuk bekerja, akan tetapi penghasilan dari menjadi PRT yang 2 kali dalam seminggu dengan upah Rp. 50.000/kedatangan dan hasil dari berjualan yang tidak seberapa apalagi semenjak Covid – 19 kemarin itu menjadikan penghasilannya menurun drastis.
BACA JUGA: ‘Besok Kami Makan Apa?’ Derita Pekerja Rumah Tangga Saat Pandemi
Untuk biaya sekolah kedua anaknya yang masih SD dan SMP serta kebutuhan hidup lainnya masih jauh dari cukup. Bahkan Lastri kadang juga bekerja menjadi buruh tani di kampungnya saat musim hujan, misal membantu tetangga menanam jagung, kedelai, padi atau lainnya agar mendapat upah.
Dan yang lebih membuat sedih hati, ketika ia harus menerima situasi dimana suami yang bekerja di Jakarta sejak 2020 tidak lagi ada kabar apalagi mengirim uang. Entahlah, apakah suaminya baik – baik saja atau bagaimana.
Dulu sebelum covid-19 melanda dunia termasuk Indonesia, setiap lebaran suaminya itu pulang, namun lebaran 2020 tidak lagi pulang dan tidak ada kabar hingga saat ini.
Sudah mencoba menghubungi nomor handphone nya, tetapi tidak aktif. Namun apapun situasinya, Lastri harus bisa melewati ini semua, karena ada 2 anak dan mertua yang harus diperhatikan dan dipenuhi kebutuhannya.
“Mereka adalah penyemangat kerjaku,” tambah Lastri.
Meskipun harus berangkat pagi pulang sore dengan badan yang capek, tidak jadi masalah dan tidak dirasakan. Untuk itu dalam mencari kerja PRT pun berusaha mencari yang tidak tinggal di rumah majikan. Agar bisa merawat keluarganya.
KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok marginal menuangkan gagasan melalui tulisan dan literasi digital. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) mendapat dukungan dari JALA PRT.