tungkumenyala.com – Minggu, 9 Oktober 2022, menjadi hari yang tak biasa bagi kami para pekerja rumah tangga yang tergabung di Serikat Pekerja Rumah Tangga atau SPRT Sapulidi Jakarta.
Hari itu kami para PRT akan kedatangan tamu teman-teman feminis muda yang dikoordinir oleh Indonesia Feminis.
Pertemuan ini sudah lama direncanakan dan dilakukan untuk sharing pengalaman kami sebagai PRT dengan para aktivis perempuan muda.
Sejak beberapa hari sebelumnya saya sudah sangat antusias. Hari itu saya bangun pagi-pagi, dan segera beberes kontrakan, lantas masak seadanya untuk sekadar sarapan lantas bergegas ke kantor Jaringan Nasional Advokasi PRT atau JALA PRT.
Sekitar pukul 11 WIB, saya sudah sampai di kantor JALA PRT yang berada di Kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Saat saya datang, sejumlah teman PRT sudah tiba di Kantor Jala PRT. Kantor yang biasanya menjadi tempat kami menggelar rapat dan menuntut ilmu telah dibersihkan dna ditata rapi untuk menerima ‘teman baru’ kami.
Di kantor Jala PRT inilah kami akan berbincang dan berdiskusi bersama kawan-kawan dari berbagai organisasi/aliansi. Dari teman-teman muda antara lain datang mbak Dea Safira dari Indonesia Feminis. Selain mbak Dea, juga banyak teman-teman muda lainnya yang saya tidak bisa saya sebut namanya satu per satu.
Setidaknya ada 20 orang tamu yang datang ke kantor JALA PRT hari itu, mereka juga terlihat sangat antusias bertemu dengan kami. Setelah saling berkenalan kami lantas bertukar cerita dan berbagi pengalaman.
Dari teman feminis muda, ada yang menanyakan bagaimana cara kami anggota SPRT Sapulidi membagi waktu, sehingga bisa tetap bekerja dan mendatangi kegiatan organisasi ini. Mereka juga ingin tahu suka duka bekerja sebagai PRT.
Dalam kesempatan itu, mbak Dea Safira dan teman-temannya berbagi kesan dan pengalaman mereka tentang PRT. Sedangkan dari teman-teman PRT sharing pengalaman tentang pekerjaan mereka.
Ada yang bekerja di luar negeri dituduh mencuri hingga akhirnya dihukum suruh berjalan ke sebuah supermarket dengan hanya mengenakan pakaian dalam. Ada juga yang bercerita bagaimana harus berbulan-bulan berpisah dari keluarganya dan hanya bisa pulang saat lebaran tiba.
Mereka harus rela meninggalkan keluarganya di kampung untuk mengadu nasib ke Jakarta, demi mencari kehidupan yang lebih baik. Mendengar cerita kami, mereka ikut sedih. Mereka tidak menyangka PRT nasibnya sangat memprihatinkan
Saya sendiri termasuk salah satu PRT yang beruntung mendapatkan libur dua hari seminggu yakni ada Sabtu-Minggu, bisa leluasa mengikuti kegiatan PRT baik yang diselenggarakan secara offline maupun online
Tapi banyak teman PRT yang tidak mendapatkan hari libur, sehingga untuk bisa ikut kegiatan organisasi mereka harus meminta izin kepada pemberi kerja. Kadang mereka tidak mendapatkan izin untuk libur, bahkan ketika ada keperluan keluarga yang sangat mendesak.
Untuk itu mereka harus pandai-pandai mengatur waktu. Tidak sedikit PRT yang seolah-olah ‘tidak diizinkan’ untuk sakit. Karena saat meminta izin dengan alasan sakit maka ada saja tanggapan negatif dari majikan mereka.
Saya bersyukur mendapatkan majikan yang penuh pengertian. Selain memberikan upah yang cukup, memberikan hari libur dua hari seminggu mereka juga membayarkan asuransi kesehatan untuk saya.
Saya suka kasihan jika mendengar cerita mereka. Saya bersyukur mendapatkan majikan yang penuh pengertian. Selain memberikan upah yang cukup, memberikan hari libur dua hari seminggu mereka juga membayarkan asuransi kesehatan untuk saya.
Dengan libur yang cukup saya punya kesempatan untuk meningkatkan kemampuan saya, punya waktu yang cukup untuk keluarga ataupun untuk berorganisasi. Dengan libur dua hari ini saya bisa lebih leluasa mengatur waktu karena sudah diberi jadwal acara 1 bulan ke depan, jadi saya selalu mengagendakan kegiatan organisasi seperti ini jauh-jauh hari sebelumnya.
Banyak pelajaran yang bisa petik dari pertemuan ini. Saya bahagia bisa berkumpul dengan anak muda, mahasiswa dan para feminis muda. Saya juga bersyukur para anak muda ini mau datang menyambangi kami dan ikut mendengarkan cerita kami para PRT.
Saya berharap pertemuan seperti ini bisa dilakukan dengan organisasi lain, sehingga semakin banyak yang tahu tentang organisasi PRT. Dengan demikian semakin banyak orang yang peduli dengan nasib dan perjuangan jutaan PRT.
Pertemuan seperti ini sangat berarti bagi perjuangan kami para PRT. Selain mensosialisasikan atau memperkenalkan kalau PRT juga punya wadah untuk berkumpul & berbagi cerita yaitu organisasi SPRT Sapulidi, pertemuan seperti ini kami juga membuat kami tidak merasa berjuang sendirian.
Dengan semakin banyak masyarakat Indonesia mengetahui keberadaan SPRT Sapulidi maka akan semakin banyak juga yang tahu bahwa saat ini kami sedang memperjuangkan RUU Perlindungan PRT. Dengan semakin banyak dukungan, maka perjuangan kami untuk disahkannya RUU Perlindungan PRT akan semakin kuat. Karena kami sangat membutuhkan perlindungan hukum yang hingga saat ini belum ada.
KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisan. Tulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama Konde yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).