Home Suara PRT Ditengah Dampak Pandemi, PRT Berjuang Jualan Tempe Benguk

Ditengah Dampak Pandemi, PRT Berjuang Jualan Tempe Benguk

by admin

JAKARTA- Sudah tujuh bulan kebanyakan Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang jumlahnya 4,2 juta orang kehilangan pekerjaan karena wabah Corona.

Aku, adalah salah satu dari jumlah tersebut. Agar bisa bertahan hidup di ibukota, bagaimana cara memperpanjang sisa uang terakhir pemberian majikan yang tidak seberapa?

Awalnya aku mencoba jualan kue lewat online. Aku share foto-foto kue yang saya bikin. Tetapi dagangan sering terkendala karena pemesan minta di antar. Kalau yang pesan tinggalnya bisa dilewati kendaraan umum, bisa aku antar. Tetapi yang tidak ada kendaraan umum maka tidak bisa diantar. Aku menawarkan digojekin, tetapi yang namanya jualan online makanan, saingannya juga banyak. Ya aku kalah.

Tak mungkin aku menunggu janji bantuan bansos pemerintah yamg tak kunjung datang. Aku tidak berhenti berpikir jualan apa ya yang bisa menarik pembeli lagi? Ahkirnya aku mencoba jualan tempe benguk. Sudah 2 bulan ini aku berjalan dan alhamdhulilah ada saja yang pesan.

Tempe benguk adalah dari koro benguk. Proses pembuatan membutuhkan waktu cukup lama tidak sama dengan tempe kedele. Tempe benguk sebelum direbus di remdam semalaman, pagi baru di rebus.

Setelah dingin diganti airnya yang hitam pekat. Tempe lalu dikupas, setelah itu di rendam selama 3 hari. Selama direndam, sehari 3 kali air diganti untuk membuang gasnya. Kenapa membuat tempe benguk prosesnya lama? Karena agar tempe tidak beracun dan membuat mabuk yang memakannya.

Memasaknya pun tergantung pesanan karena saya jualnya online lewat Whatsapp dan facebook.

Saya dapat resep dari ibu saya. ibu saya dapet resepnya dari ibunya atau nenek saya yang dulu penjual tempe benguk.

Saya membuat tempe benguk seminggu dua kali. Jadi kalau dihitung keuntungan per hari sekitar Rp 10.000.

Kebanyakan pemesan mengambil di rumah kontrakan saya di Lebak Bulus karena saya tidak punya kendaraan untuk mengantar. Bila si pembeli minta diantarkan maka saya minta dikirim gosend dan pembeli yang bayar gosendnya.

Tentu saja jualan tempe ini tidak dapat menutupi kebutuhan saya dan seorang anak. Karna jualan kecil- kecilan ya susah untuk menutupi kebutuhan. Untuk menutupi kebutuhan saya tetap harus cari
pinjeman sambil berusaha terus mencari kerjaan.

Untung Bergorganisasi

Pandemik virus corona yang membuat geger seluruh dunia berawal dari negara Cina dan ahkirnya menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.digegerkan dan harga masker mencapai ratusan ribu dan langka susah di cari.

Sejak awal Maret 2020 di Indonesia semua orang panik. Pertengahan Maret Bapak Presiden RI mengumumkan bahwa warga Indonesia ada yang kena virus Corona. Hampir semua majikan expatriate pada pulang ke negaranya masing- masing. Salah satunya majikanku juga pulang ke negaranya. Kunci apartemen dan akses diminta karena tidak tahu akan kembali ke Indonesia atau tidak.

Kami berjabat tangan sambil meneteskan air mata. Majikan ngomong sambil terbata- bata memberi amplop. Sayapun tidak bisa menjawab. Di dada hanya nyesek karna dari saat itulah saya sudah tidak bekerja lagi. Sampai sasekarang cari kerja di musim pandemik sangat susah.

Di musim pandemi hidup tidak mudah karena kebayakan PRT yang bekerja pada expatriate terkena dampak pandemik dan kehilangan pekerjaan. Aku sudah 7 bulan nganggur karena belum dapat kerjaan kembali.

Aku sangat beruntung karena sudah berorganisasi banyak pelajaran yang didapat. Ada sekolah wawasan membahas berbagai hal dari yang belum pernah tahu jadi tahu. Ada sekolah kejar paket dari paket A,B dan C. Ada sekolah komputer. Ada sekolah ketrampilan dengan tema cara kerja yang baik dan memasak berbagai masakan. Kami juga ada koperasi.

Pokoknya dalam keadaan darurat seperti sekarang aku beruntung sudah bergabung di organisasi SPRT Sapulidi Jala PRT. Sehingga ditengah kesulitan ini, ada kawan-kawan organisasi yang saling peduli. (Ponitiara)

Related Articles

Leave a Comment