Home Sosial & Budaya Hanya 28% Yang Bisa, Presiden Jokowi: Manfaatkan Teknologi Dalam Proses Belajar Mengajar

Hanya 28% Yang Bisa, Presiden Jokowi: Manfaatkan Teknologi Dalam Proses Belajar Mengajar

by admin

JAKARTA- Unggahan peringatan Hardiknas di akun twitter @jokowi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan bahwa Pandemi Virus Korona (Covid-19) telah memberi begitu banyak pelajaran dalam pembelajaran siswa.

“Tidak hanya tentang upaya memutus mata rantai penularannya, tapi juga bagaimana anak-anak kita tetap belajar,” cuit Presiden Jokowi melalui akun twitter @jokowi yang diunggah Sabtu (2/5) pukul 12.07 WIB.

Lebih lanjut, Presiden juga sampaikan bahwa Covid-19 telah membuat  sekolah berkreasi dalam memberikan pembelajaran.

“Dan bagaimana sekolah-sekolah berkreasi memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar,” pungkas Presiden di akhir tweet ucapan memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Sementara itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim yang hadir melalui tayangan telekonferensi dari kediamannya untuk peringatan Hardiknas kali ini.

Ia mengajak seluruh insan pendidikan di tanah air mengambil hikmah dan pembelajaran dari krisis Covid-19.

“Saat ini kita sedang melalui krisis Covid-19. Krisis yang memakan begitu banyak nyawa. Krisis yang menjadi tantangan luar biasa bagi negara kita dan seluruh dunia. Tetapi, dari krisis ini kita mendapatkan banyak sekali hikmah dan pembelajaran yang bisa kita terapkan saat ini dan setelahnya,” ujar Mendikbud.

Di samping itu, Mendikbud juga mengajak seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk selalu berinovasi di tengah pandemi Covid-19.

“Belajar memang tidak selalu mudah, tetapi inilah saatnya kita berinovasi. Saatnya kita melakukan berbagai eksperimen. Inilah saatnya kita mendengarkan hati nurani dan belajar dari Covid-19,” tutur Mendikbud.

Ucapan selamat Hardiknas dari Presiden Jokowi di akun instagramnya. (Ist)

Hanya 28% Bisa Belajar Dari Rumah

Kepada Tungkumenyala.com dilaporkan, pada awal April lalu, Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) melakukan riset untuk mengetahui implementasi kebijakan “Belajar dari Rumah”. Lembaga ini mensurvei sekitar 300 orang tua siswa sekolah dasar di 18 kabupaten dan kota di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Kalimantan Utara (Kaltara), dan Jawa Timur.

“Survei kami menunjukkan adanya ketimpangan akses media pembelajaran, yang semakin dalam antara anak-anak dari keluarga ekonomi mampu dan kurang mampu. Kami juga menemukan bahwa hanya sekitar 28% responden yang menyatakan anak mereka belajar dengan menggunakan media daring,” demikian ditulis dalam https://theconversation.com/riset-dampak-covid-19-potret-gap-akses-online-belajar-dari-rumah-dari-4-provinsi-136534

Terkait peran orang tua, kelompok ibu menyediakan waktu lebih banyak (2-3 jam per hari) dibandingkan kaum ayah (kurang dari 1 jam) dalam mendampingi anak belajar dari rumah.

Sebagian besar responden riset ini berasal dari sekolah-sekolah mitra program INOVASI. Mereka merupakan orang tua siswa di kelas dasar. Umumnya, responden memiliki akses internet dan ponsel. Dilihat dari latar belakang pekerjaan dan pendidikan, responden dari kelas ekonomi mampu lebih banyak dibandingkan dari ekonomi miskin.

Anak-anak yang belajar dengan menggunakan media daring rata-rata memiliki orang tua yang bekerja sebagai karyawan pemerintah (39%) dan wiraswasta (26%), serta latar belakang pendidikan minimal S1 (34%) dan SMA (43%).

Sebaliknya, anak-anak yang sama sekali tidak diberikan tugas oleh sekolah mayoritas berasal dari mereka yang orang tuanya bekerja sebagai petani (47%) dan berpendidikan SD (47%). Artinya, anak-anak dari kelompok rentan lebih banyak yang tidak belajar dibandingkan anak-anak yang berasal dari keluarga ekonomi mampu. (Lita Anggraeni)

 

 

Related Articles

Leave a Comment